JUMPA DENGAN TUHAN
Sabtu, 31 Oktober 2020
Tema : Ketaatan
Lima Ribu
Baca : 1 Raja-raja 17:15-16
17:15 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia;
maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa
waktu lamanya.
17:16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu
tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan
Elia.
Kita tentu paham dengan peristiwa pertemuan Elia dengan janda di Sarfat ini. Saat itu Elia mendapatkan pesan dari Tuhan untuk menemui janda yang persediaan makanan tinggal sedikit itu. Bahkan dikatakan bahwa minyak yang dia miliki tinggal sekali pakai. Dia hanya cukup untuk membuat satu roti untuk dia dan anaknya setelah itu dia bersiap untuk mati.
Saat itu krisis sedang melanda bangsa Israel. Kekeringan melanda sekian waktu tanpa tahu kapan berakhirnya. Elia lalu datang pada janda itu dan meminta supaya dibuatkan sepotong roti. Janda ini mengikuti perintah Elia walaupun awalnya terpaksa. Ajaib sekali setelah roti itu dibuatkan, berikutnya minyak goreng yang dipakai oleh janda itu yang mestinya tinggal sekali pakai menjadi tidak habis-habis. Setiap kali dituang minyak ini ada terisi lagi dalam botol tersebut. Janda ini menabur minyak, menuai minyak juga.
Saya ingat bulan Mei 1998, beberapa hari setelah peristiwa turunnya Presiden Soeharto, di Surabaya diadakan konferensi anak-anak muda selama tiga hari. Youth national conference diadakan di sebuah gereja di jl. Manyar Surabaya. Acara ini dihadiri oleh ribuan anak-anak muda dari berbagai daerah.
Saya termasuk yang ikut saat itu karena tanpa biaya. Waktu itu saya masih SMA jadi tidak berani ikut acara yang berbayar. Pada hari ketiga, Rabu siang diadakan acara presentasi tentang pembangunan rumah doa. Di akhir presentasi pembicara menyampaikan akan ada persembahan untuk mendukung pembangunan rumah doa itu.
Saat amplop coklat persembahan diedarkan saya mulai bergumul. Saya mau memberi apa tidak ya. Saya hanya punya uang lima ribu. Bayangan saya, pulang dari acara saya naik sepeda angin tentu kepanasan. Saya akan beli es legen. Tapi tiba-tiba di hati saya bergetar ada satu dorongan untuk memberikan buat persembahan.
Saya masih muda, saya tidak langsung mengiyakan dorongan
itu. Uang ini cuma satu-satunya. Saya tidak ada uang lagi. Saya juga berpikir
masih ada orang lain lagi yang memberi dan tentu lebih mampu dari saya. Saya
berdoa dan berkata "Tuhan uang saya tidak banyak". Saya mendengar
Tuhan berkata "Aku tidak minta banyak. Aku minta semua". Pada
akhirnya ketika amplop persembahan itu ada di depan saya, tanpa pikir panjang
saya berikan uang lima ribu saya. Saya mau taat saja untuk mendukung pelayanan
itu. Soal beli es itu urusan belakangan.
Setelah memberi rasanya lega sekali. Seperti ada beban yang terlepas. Sepulang dari acara, saya harus menahan haus dan lelah di tengah panas kota Surabaya. Sampai di rumah, saya ingat mama saya meminta saya untuk menyerahkan barang titipan pada temannya. Saya baru pulang, capek juga tapi harus dijalankan. Saya tidak menduga, saat pulang lagi saya mendapatkan uang dari mama saya sebesar lima ribu. Pada akhirnya saya tidak kehilangan uang, Tuhan mengganti dengan cara yang tidak terduga.
Peristiwa tersebut memang hal kecil. Tapi saya melatih diri saya untuk hidup dalam iman. Yang namanya iman itu bukan segala sesuatu ada dulu baru kita bertindak. Tapi semua sepertinya tidak aman, pas-pasan dan cenderung tidak ada tapi kita mau untuk memberi. Seringkali kita berkata hidup saya sudah susah, tidak ada penghasilan, tidak ada uang buat apa memberi untuk Tuhan.
Beberapa orang punya prinsip nanti kalau sudah ada berkat, saya akan memberi untuk Tuhan. Saya pernah punya prinsip itu akibatnya saya jadi orang yang kekurangan dan cenderung banyak hutang. Tapi ketika seberapa pun saya punya, saya mendukung pelayanan pekerjaan Tuhan atau menabur bagi orang lain, saya malah tidak pernah kekurangan. Bukankah apa yang kita tabur itu yang kita tuai. Kalau kita menabur uang ya menuai uang.
Mohon maaf kalau penekanan bacaan ini tentang keuangan. Hari-hari ini ada begitu banyak orang yang merasa kesulitan ekonomi, mereka memposisikan diri sebagai orang yang harus dikasihani. Pada intinya saat berdoa seringkali hanya berpusat supaya Tuhan Yesus memberkati secara keuangan. Tapi bagaimana mungkin diberkati keuangan kalau tidak pernah menabur. Lalu bagaimana kalau kondisi memang tidak ada uang, apa yang harus ditabur. Anda yang perlu uang, cari orang lain lagi yang juga mengalami kekurangan dan doakan mereka. Saat itu kita sedang menabur iman.
Hari-hari ini ada banyak kebaikan Tuhan yang saya alami. Pemeliharaan Tuhan begitu sempurna, kami tidak lagi mengeluh kekurangan sekalipun keuangan tidak selalu berlebihan. Mengapa demikian, saat kami ada uang kami salurkan ke orang lain meskipun jumlahnya tidak besar. Saya membelikan buku untuk anak sekolah, bayar SPP anak yang tidak mampu, menolong orang lain melalui keuangan, dsb. Hasilnya Tuhan memelihara begitu ajaib. Ada saja orang yang Tuhan kirim untuk mendukung pelayanan kami. Sisi lain orang-orang yang mendukung pelayanan kami itu malah yang lebih cepat atau lebih sering mengalami mujizat Tuhan saat kami doakan. Saya sendiri baru menyadari hal itu belakangan ini, meskipun bukan berarti saya minta sesuatu pada orang lain.
Apa yang kita tabur itu yang kita tuai. Jangan sekalipun menunda ketaatan untuk memberi yang terbaik bagi Tuhan, supaya kita juga tidak ditunda untuk menerima berkat Tuhan. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati.
Disampaikan oleh Mizpa Ministry
Untuk dukungan doa :
WA : 0895623356501