Kesaksian
Panggilan Tuhan Bagi Hidup Saya
Dua puluh satu Desember salah
satu hari bersejarah dalam hidup saya. Tepatnya pada tahun 2015. Saat itu di
sebuah WiFi Corner Jl. Kapuas Surabaya. Saya datang untuk bermain internet. Sudah
tidak ada yang saya lakukan. Saat itu kerja sudah libur, tapi saya masih
kondisi tidak jelas. Hari itu Senin Pkl. 08.30 pagi. Empat hari menjelang
Natal. Namun kondisi saya sedang tidak berdaya.
Keuangan sedang tidak
menentu. Pekerjaan juga tidak menentu. Istri dan anak ada di luar kota. Mau kunjungi
mereka untuk berlibur natalan, malu rasanya. Tidak ada uang sekedar untuk
menikmati natalan bersama keluarga. Hari itu saya seperti orang yang putus asa.
Di Wifi Corner itu saya sekedar menghibur diri. Menghabiskan waktu. Menguatkan diri.
Saya buka internet,
menjelajah kesana kemari. Buka Facebook. Buka google dan sebagainya. Hati ini
sedang sepi. Tidak jelas apa yang diinginkan. Saya sudah meninggalkan pelayanan
selama Sembilan tahun. Saya sebelumnya fokus sebagai ketua komunitas penggemar
grup musik. Segala sesuatunya saya pertaruhkan di komunitas ini. Uang, waktu
dan tenaga saya curahkan habis-habisan. Saya pun juga tidak lagi ke gereja
selama sekian waktu. Namun pada akhirnya semuanya berantakan. Komunitas grup musik
itu banyak keributan secara internal. Saya pun sempat dilaporkan ke polisi
untuk alasan yang tidak jelas.
Setiap sore sepulang mengajar
yang saya lakukan hanya bermain internet. Cukup membayar lima ribu akan
mendapatkan kode voucher untuk bermain selama 12 jam. Sampai pada akhirnya 21
Desember 2015 itu saya datang lagi ke Wifi Corner. Kali itu pagi hari karena
sudah mulai libur sekolah. Di tengah saya browsing internet, saya mendengar ada
suara bergema di hati. Suara itu berkata “layani Aku…”. Saya yakin itu suara
Tuhan. Suara yang sudah lama tidak saya dengar. Suara yang selama ini saya
abaikan.
Saya tidak segera setuju
dengan yang Tuhan katakan. Saya pun menjawab dengan kata-kata, seperti seorang
berbicara pada teman di depannya. “Saya tidak mau, Tuhan. Saya tidak mau
melayani… Saya sudah lama tidak melayani”. Selanjutnya saya pun menambahkan “Saya
ini tidak bisa main musik, tidak bisa menyanyi dan tidak bisa kotbah”. Namun Tuhan
tidak menyerah dengan saya, Dia berkata “Layani aku dengan yang kamu bisa. Kamu
bisa berdoa kan”. Tuhan melanjutkan “Doakan orang-orang yang ada di Facebook. Mereka
butuh orang yang mau mendoakan pergumulan mereka. Aku memilih kamu”.
Tanpa banyak penolakan
lagi, saya pun menerima panggilan Tuhan tersebut. Tanpa terasa air mata pun menetes.
Saya merasakan seperti ada orang yang memeluk saya. Seperti pelukan seorang
sahabat. Meskipun di meja yang saya tempati saya sedang sendirian. Namun terasa
hangat sekali. Terasa nyata. Apalagi ada kalimat yang terdengar jelas “selamat
melayani Aku lagi…”. Air mata saya pun tak terbendung. Meskipun tetap saya
menahan diri karena saya berada di ruangan umum.
Sejak hari itu saya
memutuskan untuk memulai pelayanan dengan cara baru. Saya menyediakan diri
untuk mendoakan pergumulan orang-orang di Facebook. Setiap kali saya membaca postingan
orang-orang dalam permasalahan yang dihadapi, saya lalu respon dengan mendoakan
mereka. Hari demi hari. Waktu demi waktu. Saya kerjakan pelayanan tersebut
dengan setia. Saya dukung doa orang-orang yang dalam pergumulan. Saya kunjungi
yang sakit. Saya datangi yang dalam penjara. Seberapapun yang Tuhan percayakan,
saya kerjakan sebatas yang saya mampu.
Hari ini, ketika menengok
ke belakang. Tujuh tahun sudah Tuhan percayakan pelayanan ini. Pelayanan yang nampaknya
kecil, biasa dan sederhana. Tapi Puji Tuhan, oleh kasih karunia Tuhan Yesus, pelayanan
ini boleh menjadi berkat bagi banyak jiwa di mana pun Tuhan percayakan. Bahkan kalau
pun Tuhan mengembangkan kepercayaan lebih pada saya, semua juga karena kebaikan
Tuhan semata. Tuhan Yesus baik dan ajaib. Kebaikan dan keajaiban Tuhan Yesus
tidak pernah ada batasnya. (Okky Rahardjo. 21122022)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar