SAAT
TEDUH PAGI HARI
Judul : Tidak Mau Mencemarkan
Baca : Matius 1:18-19
Kelahiran
Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan
dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup
sebagai suami isteri.
Karena
Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama
isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Sahabat
Kristus, kita perhatikan satu peristiwa seputar kelahiran Yesus berikut ini. Yusuf
saat itu merupakan tunangan dari Maria. Dalam tradisi Yahudi, pertunangan tidak
sama dengan tradisi di Indonesia. Pertunangan dalam tradisi Yahudi sudah
mengarah pada sebutan sebagai suami istri. Sudah pasti bahwa laki-laki dan
perempuan ini adalah suami istri, hanya saja belum boleh tinggal bersama. Ketika
pertunangan mereka diumumkan, semua orang di sekitar tempat tinggal mereka
sudah tahu bahwa kedua orang ini, Yusuf dan Maria memiliki hubungan serius. Oleh
karena itu tidak boleh ada yang mengganggu.
Kalau
di Indonesia kan, yang namanya pertunangan belum tentu menikah. Masih ada
berbagai kemungkinan yang bisa membatalkan. Ketika mengetahui bahwa Maria sudah
mengandung, Yusuf bermaksud menceraikan secara diam-diam. Mengapa demikian,
hukum Musa atau tradisi Yahudi mengajarkan bahwa kalau seorang perempuan yang
sudah bertunangan ini hamil dengan pria yang bukan suaminya, dia harus dihukum
mati. Dia harus diseret ke pintu gerbang kota dan dilempari batu.
Yusuf
tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum. Dia mau menceraikan Maria
dengan diam-diam. Jangan bingung dengan istilah perceraian dalam pertunangan. Dalam
tradisi mereka ada istilah gadis janda. Yaitu perempuan yang diceraikan semasa
pertunangan. Namun Yusuf pada akhirnya taat pada Firman Tuhan yang disampaikan
oleh malaikat Tuhan. Dia pun menikahi Maria sebagai istrinya. Bayi Yesus pun
ketika lahir ada sosok “bapak” yang mendampingi.
Perhatikan
tindakan Yusuf yang tidak mau mencemarkan istrinya di muka umum. Dia tidak mau
mempermalukan Maria. Dia tidak mau Maria kehilangan nama baik. Bagaimana dengan
situasi kehidupan kita. Ketika kita mengetahui rahasia seseorang, adakah kita tega
mencemarkan dengan menceritakan pada banyak orang. Sebaliknya, apakah kita rela
menutupi aib orang lain itu dengan menyimpan rapat-rapat rahasianya.
Ada
betapa banyak anak-anak Tuhan yang lebih suka menceritakan aib saudaranya. Mengabarkan
aib hamba Tuhan. Menyebarkan aib pimpinannya. Bukankah kita lebih suka
mendengarkan di media sosial kalau seorang hamba Tuhan dikatakan sesat, penipu
atau selingkuh. Kita lebih suka memasang telinga mendengarkan berita-berita
tentang hamba-hamba Tuhan dengan kelakuan yang salah. Namun kalau diminta
mendengarkan kotbah mereka, kita merasa enggan, tidak suka dan bahkan merasa
bukan golongan kita.
Bagaimana
kalau seorang teman kita ketahuan berbuat salah, apakah kita bersedia menutupi
tindakannya dengan tidak menceritakan ke banyak orang. Apa yang terjadi kalau
pemimpin kita keliru dalam bertindak, apakah kita lebih suka menyimpannya atau
menyebarkan menjadi kabar gosip yang menarik di tempat kita kerja.
Sahabat
Kristus, mari kita belajar untuk memiliki mental seperti Yusuf. Motivasinya menceraikan
Maria yaitu tidak mau mencemarkan nama baik. Momen menjelang Natal ini mari
kita belajar ilmu Yusuf ini. Ilmu yang tidak mudah. Ilmu kedewasaan iman. Ilmu yang
mengajarkan tidak mau mencemarkan nama baik orang lain, sekalipun jelas di
depan mata atau di telinga kita, seseorang itu berbuat salah. Kalau memang
memungkinkan, kita bisa menegurnya. Kalau ternyata kita tidak berdaya, lebih
baik diam saja. Jangan membuat mulut kita menjadi berdosa.
Saatnya
belajar untuk menggunakan mulut ini dengan benar. Kapan harus berbicara, kapan
harus berdiam. Kapan harus terbuka, kapan harus menyimpan rahasia. Percayalah,
seorang yang tidak mau mencemarkan nama baik orang lain, hidupnya akan tenang
dan kasih sayang Tuhan dilimpahkan lebih indah dalam kehidupannya. Tetap setia
sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati (Untuk dukungan doa. Mizpa Ministry.
WA: 0895623356501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar