Minggu, 09 Oktober 2022

Berbagi Cerita, Saya Kena Covid 19 Kedua Kalinya (Seri 01)

 

Berbagi Cerita, Saya Kena Covid 19 Kedua Kalinya (Seri 01)        :

 

Pada Mulanya Yang Saya Alami …

 

            Entah mengapa Selasa malam, 27 September 2022, badan ini rasanya drop. Tidak berdaya. Ketika dipegang terasa panas. Tenggorokan pun mulai sakit. Ditambah batuk-batuk yang mulai mengganggu. Kalau tenggorokan sakit atau istilahnya radang, sudah saya prediksi. Oleh karena beberapa hari sebelumnya tenggorokan rasanya gatal. Seperti tinggal menunggu waktu. Padahal saya hampir tidak pernah minum yang dingin atau mengandung es. Ya bisa jadi karena sempat makan gorengan, ditambah perubahan cuaca yang ekstrem beberapa hari ini.

            Rabu pagi, ternyata Nara, putri kami, juga mengalami kondisi yang hampir serupa. Badannya panas, sering batuk-batuk juga. Kalau tenggorokan memang tidak sakit. Tapi pagi itu dia seperti tidak kuat untuk beraktivitas. Namun untuk tidak masuk sekolah tidak mungkin. Oleh karena saya dan istri juga harus bekerja, mengajar di sekolah yang sama. Di sisi lain, istri pun mengeluhkan kondisi kesehatannya yang mulai tidak baik. Batuk juga. Ada panas badan juga. Tenggorokan sakit juga. Dia sempat berpikir antara masuk atau tidak. Tapi kalau dia tidak masuk, tentu tidak memungkinkan karena harus mengajar. Nara pun hari itu sebenarnya ada simulasi ANBK untuk siswa kelas 5.

            Di tengah situasi yang tidak menentu, ketiganya sakit. Kami pun memutuskan untuk tetap berangkat saja. Nara pun juga dikondisikan untuk tetap sekolah. Pkl. 05.55 WIB, setelah doa pagi bersama, saya pun berangkat ke sekolah lebih dulu. Seperti biasa, menggunakan motor Revo hitam seri 2012. Kami bertiga sebenarnya mengarah pada tujuan yang sama. Saya mengajar di SMP. Istri mengajar di SD. Sementara Nara masih terhitung sebagai siswa di SD tersebut. Bedanya, SMPnya bernama SMP Kr. Elia. Kalau SDnya, Alfa Omega.

            Istri dan anak biasanya menyusul dengan motor merah. Honda Supra Fit edisi 2018. Menjelang jam tujuh kami sudah tiba di sekolah. Aktivitas diawali dengan doa bersama antara guru PG/TK, SD dan SMP. Saya mencoba beraktivitas seperti biasa. Namun kondisi fisik tidak bisa dibohongi. Sudah lemas, tidak kuat dan tidak berdaya untuk dipaksakan maksimal. Saya mulai mengajar pada jam kedua yaitu Pkl. 08.10, di kelas 8 untuk mata pelajaran IPS. Jam pertama masih longgar karena diisi dengan kegiatan literasi.

            Pada jeda jam pertama itu saya masih menyesuaikan diri. Menghitung kekuatan fisik. Apakah saya siap dan kuat sampai siang atau harus saya akhiri aktivitas lebih awal. Saya melihat jadwal pelajaran hari itu. Jam kerja saya mengisi kelas 8 di jam ke-2 dan 3, lalu kelas 7 pada jam ke-5 dipotong break pertama dan masuk lagi jam ke-6. Selanjutnya pada jam ke-8 mengisi satu jam di kelas 9. Setelah di kelas 9 itu saya bebas tugas. Setelah di kelas 9 itu ada break kedua, Pkl. 12.25-12.40. Saya pun berpikir apakah saya akan ijin pulang setelah break kedua saja. Setelah semua tugas saya selesai.

            Jam 08.10, tibalah jam saya mengajar di kelas 8. Sebelum masuk kelas 8, saya memberanikan diri untuk masuk ke ruangan kepala sekolah. Lokasinya berhimpitan dengan ruang kelas 8. Saya mengajukan ijin untuk pulang setelah istirahat pertama. Saya sampaikan keluhan fisik saya yang tidak kuat. Saya sampaikan bisa jadi ini karena perubahan cuaca yang panas sekali belakangan ini.

Kepala sekolah pun  memahami dan bahkan menawarkan untuk ijin pulang lebih cepat, yaitu saat istirahat pertama. Saya sampaikan kalau saya selesaikan tanggung jawab saya dulu saja di kelas 7. Nanti di kelas 9, saya tinggalkan tugas saja. Kepala sekolah sempat berkata “Ketika mengajar, tetap gunakan masker…”. Beliau menambahkan “Kalau besok kondisi belum baik. Jangan masuk dulu saja, mister…”. Saya mengiyakan sambil mengucapkan terima kasih dan mohon ijin pada beliaunya.

            Di kelas 8, saya membagikan hasil PTS PPKn yang belum sempat mereka terima nilainya. Saya menyampaikan materi pelajaran dengan kondisi yang apa adanya. Menahan fisik yang sakit. Menahan lapar dan menahan batuk. Akan tetapi saya tetap menggunakan masker, sebagaimana pesan dari Kepala Sekolah. Setelah dari kelas 8, saya segera berpindah menuju ruang kelas 7. Saat itu pelajaran IPS. Saya menyampaikan materi dengan memberikan catatan pada mereka. Saya masih berusaha menguatkan ketahanan fisik saat mengajar di kelas ini.

            Di sela mengajar, saya juga kirim pesan pada istri kalau saya sudah tidak kuat. Mau ijin pulang setelah break pertama. Kira-kira Pkl. 11.05. istri saya setuju, dengan menyampaikan supaya saya mengajak Nara pulang sekalian. Singkat cerita, jam mengajar kelas 7 pun terselesaikan. Saya segera bergegas untuk meninggalkan lokasi SMP. Sebelumnya, tugas catatan untuk kelas 9 saya titipkan pada Mr. Agung, guru Bahasa Inggris yang saat itu ada di ruang guru. Sudah lega rasanya, saya bisa meninggalkan lokasi dengan tetap bertanggung jawab pada tugas yang dipercayakan.

            Saya segera turun ke lantai dua. Saya menuju ruang kelas 5. Saat saya mengetuk pintu, beberapa anak berteriak “Naraaa, ada bapakmu loh…”. Setelah menemui guru kelasnya, saya pun mengajak Nara pulang. Muka Nara pucat, badannya panas dan tampak menahan kesakitan. Kami pun segera turun ke ruang parkir, kali itu Nara pulang dengan saya. Kira-kira Pkl. 11.15 kami sudah meninggalkan sekolah. Sepanjang perjalanan cuaca terasa panas sekali. Namun anehnya kaki saya terasa menggigil seperti kedinginan. Bagaimana pun saya harus bisa menahannya. Saya harus bisa sampai di rumah dengan aman dan selamat.

            Di tepi jalan, kami sempat berhenti untuk beli air kelapa muda. Saya coba beli degan ijo sebagai penawar tenggorokan yang sakit. Kami beli dua bungkus untuk dibawa pulang. Sekitar Pkl. 12.10 kami pun sudah tiba di rumah. Setelah minum air kelapa muda, saya dan Nara pun segera istirahat. Lelah dan menahan sakit. Meskipun tidak mudah juga untuk dibuat tidur. Salah satunya karena masih belum makan siang. Di sela istirahat, saya mendengar ada suara motor memasuki halaman rumah. Ternyata istri saya juga pulang lebih awal. Dia terlihat menahan sakit di ruang guru SD. Lemas. Oleh Kepala Sekolah dikira lapar atau ngantuk. Namun saat istri bilang kalau dia sedang sakit, oleh Kepala Sekolah SD dia pun diijinkan untuk pulang lebih awal. Sekira Pkl. 14.00 dia sudah tiba di rumah.

            Sejak saat inilah episode sakit kami mulai berjalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESAKSIAN PELAYANAN

Jumpa Dengan Tuhan Edisi 09 November 2023 "Kuat Di Dalam Tuhan"

  JUMPA DENGAN TUHAN Judul     : Kuat Di Dalam Tuhan Baca     : Efesus 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kek...