Kamis, 06 Agustus 2020

Pernikahan Beda Iman, Disatukan Dalam Kasih Tuhan


Berikut ini kami sampaikan kesaksian dari Rita, rekan sepelayanan kami yang tinggal di Polewali, Sulawesi Barat. Dua tahun yang lalu beliau menghubungi kami untuk didoakan masalah rumah tangganya. Saat itu suami beliau meninggalkan beliau dan keluarga dikarenakan perbedaan iman yang mereka yakini. Bu Rita merupakan pengikut Kristus, sedangkan suaminya yaitu Adhy berstatus seorang Muslim. Mereka bukan saja berstatus beda keyakinan, tapi menurut saya juga mempermainkan Tuhan.

Bagaimana tidak, untuk menyenangkan orang tua pihak laki-laki mereka berdua menikah secara siri. Namun di lain kesempatan, untuk menyenangkan keluarga pihak perempuan, mereka juga melakukan pemberkatan nikah di gereja. Adhy, saat diberkati di gereja menyatakan diri pindah agama menjadi Kristen. Bahkan dia mengikuti ritual adat setempat dengan makan daging babi dan anjing sebagai tanda sah masuk Kristen. Namun Adhy tidak mau dibaptis, pernikahan pun dilakukan dengan segera. Usai pernikahan, Adhy masih bersedia mencatatkan diri sebagai beragama Kristen dalam kartu keluarga yang mereka buat. Namun tentu saja semua dituliskan hanya sebagai syarat saja, hanya untuk legalitas di kartu identitas. Saat itu mereka tinggal di rumah orang tua Rita.

Nah satu kali Adhy merasa tidak mau berpura-pura terlalu lama. Dia akhirnya meninggalkan istrinya untuk pulang ke rumah orang tuanya di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Dia diminta oleh orang tuanya untuk kembali pada iman yang sebelumnya. Kalau mau, istrinya yaitu Rita juga pindah iman mengikuti suaminya supaya bisa tinggal bersama satu atap di rumah keluarga suami. Tentu saja Rita tidak mau mengikuti keyakinan suaminya. Nah pada kebuntuan inilah Rita menghubungi kami untuk minta didoakan dan diberikan penguatan serta solusi.

Kami menyampaikan pada Rita supaya dia bertobat dan berbalik pada Tuhan dengan segenap hati. Hal ini dikarenakan menurut saya, dia sudah mempermainkan Tuhan. Sebentar ikut Islam, sebentar ikut Kristen. Semua hanya demi legalitas pernikahan. Saat itu dia menangis dan menyadari kekeliruannya. Saya mencoba mengarahkan bahwa kekristenan itu bukan semata agama, namun sebuah hubungan yang intim antara kita dengan Kristus. Dalam hubungan itu ada kehendak Tuhan yang diikuti, ada kebenaran yang harus ditaati dan kehidupan yang penuh dengan interaksi yang indah antara kita dengan Bapa di Surga.

Saya ingat, bulan September 2018, ibu Rita ini menyatakan komitmennya untuk mengikut Kristus dengan sungguh-sungguh. Dia bahkan mengucapkan komitmen untuk menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi, sesuatu yang selama ini tidak pernah dilakukan meskipun dia beragama Kristen sejak lahir. Sejak saat itu dia bergabung dengan pelayanan kami untuk bertumbuh dalam iman secara benar. Beliau mengikuti program baca Alkitab setiap hari secara rutin selama sekitar dua tahun ini. Dia bertekad tidak mau lagi mempermainkan Tuhan Yesus.

Seringkali suaminya mengajak dia untuk pindah iman supaya bisa hidup bersama lagi, namun Bu Rita tetap berkeras tidak mau meninggalkan Tuhan Yesus. Jadilah hubungan mereka berjauhan, karena terpisah jarak, waktu dan iman. Suami beliau yaitu Pak Ardhy masih memberi nafkah pada putri mereka yang masih kecil, sebagai bentuk tanggung jawab seorang ayah. Ucapan cerai pun sempat terlontar dari suami karena istri tidak mau mengikuti iman suami. Namun selama itu mereka hanya berhubungan melalui HP, karena tidak bisa saling jumpa. Komunikasi pun sempat memburuk. Pertengkaran tak berujung sering pula terjadi.

Waktu terus berjalan, Bu Rita tetap bertahan dalam komitmen sebagai pengikut Kristus yang tidak bisa diubah lagi. Di satu sisi, Bpk Ardhy juga tidak mau meninggalkan ‘keimanannya di seberang’. Mereka pun mulai bisa menjalin komunikasi dengan baik, karena pada dasarnya mereka berdua masih saling menyayangi. Apalagi ada putri kecil mereka yaitu Melody yang masih membutuhkan kasih sayang orang tua. Rita selama hidup tanpa suami, dia mengandalkan sokongan keuangan dari orang tua untuk membiayai kehidupan anaknya. Sementara setiap bulan, Ardhy juga transfer meskipun jumlahnya tidak menentu dan tidak besar. Hal ini dikarenakan Ardhy sudah bekerja namun masih berstatus pegawai baru.

Namun masalah besar terjadi ketika awal Juli pihak orang tua Rita memberi deadline tentang hubungan mereka berdua. Rita diberikan waktu selama satu bulan untuk menentukan keputusan. Mau mengikut orang tua atau mengikut suami. Kalau mengikut orang tua, dia harus menceraikan suami dan tetap menjadi pengikut Kristus. Namun kalau memilih mengikut suami, dia tidak akan dianggap sebagai anak lagi ditambah kekuatiran bahwa nantinya dia akan dipaksa untuk pindah iman oleh suami. Semua buntu, tidak bisa dengan mudah memilih salah satu untuk meninggalkan satu pihak.

Rita beberapa kali menghubungi kami untuk minta pertimbangan dan didoakan. Oleh hikmat Tuhan, kami pun menjawab bahwa lebih baik ikut suami sambil meyakinkan pada suami bahwa dia tidak akan memaksa untuk meninggalkan iman pada Kristus. Mengapa kami berani menyampaikan supaya mengikuti suami, oleh karena ketika sejak menikah maka sesungguhnya istri dan suami menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Tanpa bermaksud merendahkan orang tua yang masih ada. Pertimbangan ini memang tidak mudah, Rita ditekan oleh pihak keluarga untuk meninggalkan suaminya. Kalau memilih ikut suami, dia akan dicoret dari hak waris keluarga.

Kami pun tetap memberikan pertimbangan supaya meyakinkan pada pihak suami untuk tidak memaksakan dia pindah iman. Kami mendapatkan informasi dari Rita bahwa pihak keluarga Ardhy ternyata tidak masalah kalau dia tetap beriman Kristen. Mamaknya yang semula keras hati pun sudah luluh mau menerima menantunya ini dengan baik. Ardhy juga tidak masalah kalau pun mereka beda keyakinan iman. Saya pernah menyarankan untuk hidup sendiri di luar keluarga Adhy maupun Rita, sebenarnya mereka setuju untuk angsur rumah namun karena Covid ini akhirnya keuangan Ardhy pun terkendala.

Waktu terus berjalan, bapak dan mamaknya Rita setiap hari marah-marah dengan alasan yang makin melebar. Dia akan ungkap semua perbuatan Ardhy yang dianggap berbohong ketika menikah di gereja. Orang tua Rita akan membongkar pada orang tua Ardhy yang selama ini tidak mengetahui bahwa ada pernikahan di gereja. Mereka juga menyampaikan bahwa Rita akan mengalami kehidupan yang sengsara bila meninggalkan orang tua dan memilih Ardhy yang tidak seiman. Ceraikan saja suamimu, nanti akan dapat pendamping yang baru. Demikian kata-kata orang tua dan keluarga besarnya. Pada intinya, keluarga Rita akan mempermalukan keluarga Ardhy bila nantinya mereka datang ke rumah.

Rita juga sempat sharing pada grup WA rohani di luar grup kami. Teman-teman grup itu malah “menyampaikan suara Tuhan” yang berupa peringatan pada Rita. Kamu ini lebih menyayangi Tuhan Yesus atau suamimu yang adalah manusia. Apalagi suaminya tidak seiman. Jangan salah memilih, itu kata-kata mereka. Mereka berkata supaya meninggalkan suaminya dan Tuhan pasti akan memberikan pendamping yang seiman. Rita pun kembali bertanya pada kami “Bagaimana ini pak pendeta, saya harus bersikap apa”. Saya pun dengan hikmat dari Roh Kudus menjawab bahhwa kalau hubungan kalian masih pacaran, kalimat yang diucapkan teman-temanmu itu benar. Namun kalian sudah diberkati di gereja, maka tidak bisa sembarangan menyuruh orang untuk bercerai. Sudah tentu berat sekali untuk berpisah dengan orang yang dicintai, lalu mengharapkan menikah lagi dengan orang yang belum tentu dicintai.

Saat minta pertimbangan pada kami, penguatan demi penguatan terus kami sampaikan supaya tetap semangat bertahan untuk tidak cerai dari suami. Masalah memang sulit, tapi bukan berarti tidak ada solusinya. Kami terus dukung dalam doa, baik secara langsung melalui hubungan telpon maupun dalam doa pribadi. Minggu ketiga Juli, Ardhy datang bersama mamaknya untuk meminta Rita tinggal bersama mereka. Orang tua Rita yang semula keras hati dan penuh dengan kekecewaan, tiba-tiba saja hatinya melunak. Dia bisa menerima kedatangan Ardhy dan mamaknya dengan baik.

Setelah pertemuan itu, ternyata ada lagi satu penghalang. Bapaknya Ardhy tidak setuju kalau di KTP dan KK Ardhy masih berstatus Kristen. Rita pun menangis lagi, kami sampaikan pada Rita tidak ada masalah. Identitas agama masih bisa diubah, urus saja identitas Ardhy untuk kembali menjadi Islam. Kami tetap mendukung doa untuk Rita. Bapaknya Ardhy pun pada akhirnya setuju untuk menerima Rita tinggal bersama mereka. Dia bahkan membuat surat pernyataan bermeterai yang isinya tidak akan memaksakan keimanan agama mereka pada Rita.

Hari ini tepat 06 Agustus 2020, kami menerima kabar gembira dari Rita. Setelah surat pernyataan dari bapaknya Ardhy diserahkan pada orang tua Rita, dia pun boleh keluar rumah dengan hati tenang untuk tinggal bersama suaminya. Orang tua Rita pun melepas dengan penuh kasih sayang, tanpa emosional. Semua terjadi karena kasih karunia Tuhan. Doa dan air mata yang disampaikan selama dua tahun, tidak menjadi sia-sia. Tuhan Yesus sanggup pulihkan keluarga ini dengan cara yang ajaib.

Meskipun demikian, bukan berarti kami membenarkan tindakan untuk menikah dengan tidak seiman lalu nanti bertobat. Kasus yang dialami oleh Rita ini dikarenakan dia tidak hidup dalam pemahaman Firman Tuhan secara benar dan masih hidup di luar kasih Tuhan. Kami tetap meyakini, apa yang sudah diberkati dalam pernikahan kudus tidak akan mudah untuk dipisahkan. Bahkan kami menyarankan untuk tetap berdoa bagi keselamatan suaminya untuk mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi. Demikian kesaksian yang kami sampaikan untuk menjadi berkat. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESAKSIAN PELAYANAN

Jumpa Dengan Tuhan Edisi 09 November 2023 "Kuat Di Dalam Tuhan"

  JUMPA DENGAN TUHAN Judul     : Kuat Di Dalam Tuhan Baca     : Efesus 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kek...