JUMPA DENGAN TUHAN
Judul : Tunduk Pada Otoritas
Baca : 1 Samuel 15:14-15
Tetapi
kata Samuel: "Kalau begitu apakah bunyi kambing domba, yang sampai ke
telingaku, dan bunyi lembu-lembu yang kudengar itu?"
Jawab
Saul: "Semuanya itu dibawa dari pada orang Amalek, sebab rakyat
menyelamatkan kambing domba dan lembu-lembu yang terbaik dengan maksud untuk
mempersembahkan korban kepada TUHAN, Allahmu; tetapi selebihnya telah kami
tumpas."
Sahabat
Kristus, suatu kali Tuhan berpesan pada Samuel supaya Saul menumpas orang
Amalek tanpa ada yang tersisa. Baik laki-laki maupun perempuan. Demikian juga
segala hewannya. Oleh karena bangsa Amalek sudah banyak berbuat dosa di hadapan
Tuhan. Namun sayang sekali perintah itu tidak dilakukan sepenuhnya oleh Raja
Saul. Dia tidak membunuh raja orang Amalek. Bahkan hewan-hewan yang gemuk pun
diselamatkan. Demikian juga barang-barang berharga pun diamankan. Rakyat Amalek
yang ditumpasnya. Hewan yang jelek-jelek juga yang dibunuhnya.
Saul
berkata “semuanya ini tidak ditumpas untuk mempersembahkan korban bagi Tuhan”. Bukankah
hal itu sesuatu alasan yang kelihatan baik dan terdengar indah. Oleh karena
merasa melakukan untuk Tuhan. Rencananya mau dipersembahkan untuk Tuhan. Jadi tidak
akan dibuang atau ditumpas. Namun perhatikan, kalau Tuhan sudah memerintahkan
untuk ditumpas ya dihabiskan. Tidak boleh dibawa pulang dengan alasan sebaik
apapun. Bukankah Tuhan lebih mementingkan ketaatan daripada mempersembahkan
korban.
Raja
Saul tidak taat pada pembina rohaninya yaitu Nabi Samuel. Oleh karena itu jabatan
raja seketika itu juga tidak diperpanjang oleh Tuhan. Saul tidak berkenan di
hadapan Tuhan hanya untuk alasan yang kelihatannya baik. Namun sesungguhnya itu
merupakan bentuk pemberontakan. Adakah kita selama ini pernah berada pada
posisi tidak tunduk pada pembina rohani yang Tuhan tempatkan di atas kita.
Suatu
kali anak rohani saya mau liburan. Tentu bukan sesuatu yang salah, karena mau
liburan sekolah. Namun sayang sekali, kepergiannya itu tidak disampaikan pada
saya selaku pembina rohaninya. Dia mau berangkat secara diam-diam. Liburan ini
liburan sekolah, bukan bolos. Mau refreshing. Sekilas biasa saja. Akan tetapi
ketika dia berangkat tanpa sepengetahuan saya, dia sedang berjalan membelakangi
saya. Dia merasa semuanya tidak akan masalah.
Saya
tahu dari orang lain kalau anak rohani saya ini akan berlibur. Semalamnya sebelum
dia berangkat, saya pun menegur dan memarahinya. Oleh karena ketidak
terbukaannya berarti menganggap saya tidak ada. Saya mengajarkan pada dia
penundukkan diri, bukannya supaya saya dihormati. Namun supaya dia memahami ada
garis-garis batas yang tidak boleh dia langgar. Betapa pun saya pembina
rohaninya yang bertanggung jawab atas kehidupannya. Dia pun meminta maaf dan
menyesalinya.
Dalam
kehidupan kita, perlu sekali untuk memiliki penundukkan diri. Diantaranya
penundukkan diri secara rohani. Ketika kita menundukkan diri pada otoritas rohani
di atas kita, maka hidup kita akan aman dan ada proteksi atau perlindungan. Kita
tidak akan dibayangi oleh perasaan bersalah. Sekalipun hal yang kita lakukan
kelihatannya baik, rohani dan memberkati orang lain, namun ketika kita
bertindak di luar otoritas rohani yang di atas kita, maka sesungguhnya kita
sedang melawan pemimpin kita itu. Secara tidak langsung kita pun berarti sedang
menentang Tuhan.
Sahabat
Kristus, ketika Saul menolak perintah Samuel, sesungguhnya Saul sedang melawan
Samuel. Celakanya, dia sedang melawan Tuhan juga karena perintah itu datangnya
dari Tuhan. Siapakah otoritas rohani di atas kita. Jangan pernah melawan atau
berbuat yang membelakanginya. Pembina rohani kita merupakan pribadi yang
menyediakan hati untuk berdoa bagi kita dan mendukung iman kita ke arah yang
lebih baik. Kalau ada sesuatu yang tidak kita setujui atau perlu pertimbangan,
tanyakan dengan baik. Jangan melangkah sendiri lalu berbuat semau kita.
Hari-hari
ini ada banyak roh independen terjadi di gereja. Jemaat menentang gembalanya. Anak
rohani melawan pembinanya. Gereja dan persekutuan baru muncul bukan karena
penginjilan, namun karena ketidak puasan. Kalau sudah begitu, nantinya pun
menyesal. Mau kembali pada pembinanya malu, mau lanjut malah hancur. Akhirnya banyak
gereja dan persekutuan doa pun bubar di tengah jalan. Hanya karena kurangnya
penundukkan diri.
Mari
belajar untuk menundukkan diri pada otoritas di atas kita. Dukung pembina kita.
Doakan dia dan ikuti arahannya. Percayalah, kehidupan kita pun akan aman dan tidak
akan celaka. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati (Untuk
dukungan doa. Mizpa Ministry. WA: 0895623356501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar