JUMPA
DENGAN TUHAN
Judul : Meskipun Badannya Pendek
Baca : Lukas 19:1-3
Di situ ada seorang
bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
Ia berusaha untuk melihat
orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab
badannya pendek.
Maka berlarilah ia
mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan
lewat di situ.
Sahabat Kristus, mari
kita perhatikan kondisi seorang dalam kisah ini. Cerita ini tentu sudah tidak
asing bagi kita. Seorang kaya bernama Zakheus. Dia pemungut cukai atau penarik
pajak. Suatu kali Yesus datang ke kotanya. Dia ingin melihat Yesus, namun
Alkitab mencatat badannya pendek. Dia kalah perhatian dengan orang-orang lain. Tidak
bisa melihat Yesus dengan jelas. Tidak bisa menjangkau Yesus dengan leluasa.
Namun dengan segala
keterbatasan yang dia miliki, dia tidak mengundurkan diri. Dia tidak menyerah
begitu saja lalu pulang. Dia tidak mengasihani diri sendiri. Dia juga tidak
menyalahkan situasi atau menyalahkan orang lain. Firman Tuhan menuliskan “maka
berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu memanjat pohon ara”.
Zakheus tidak menjadi
seorang yang hanya melihat keterbatasannya lalu menjadi terhambat untuk
mengikut Tuhan. Dia terus berjuang dan melampaui segala kondisi ketidak
berdayaannya. Dia berlari dan memanjat. Sesuatu yang di luar pemikiran orang
banyak. Sesuatu yang di luar perkiraan orang lain. Sesuatu yang memang bisa dia
lakukan, tapi tidak pernah diduga.
Betapa banyak anak-anak
Tuhan yang menjadikan keterbatasannya sebagai penghalang untuk mengikut Tuhan
dengan maksimal. Dia berusaha dipahami kehidupannya. Dia berusaha dimengerti
kondisinya. Dia juga berusaha minta untuk ditolerir situasi yang dialami. Harapannya,
kalau dia tidak bisa melakukan tindakan iman yang maksimal, orang akan berkata “tidak
apa-apa”.
Betapa banyak anak-anak
Tuhan, diminta baca Firman Tuhan merasa ga kuat, lalu minta dipahami. Diminta untuk
berdoa, merasa cepat lelah dan ngantuk, lalu minta dimengerti kondisinya. Ada juga
yang diajarkan untuk memberikan perpuluhan, lalu merasa keuangan sehari-hari
saja sulit bagaimana mau memberikan perpuluhan. Diminta untuk melayani Tuhan,
lalu berkata “aku ga’ bisa apa-apa”.
Lalu bagaimana mau
berharap ada mujizat Tuhan dalam hidupnya. Lalu bagaimana mengharapkan
terobosan iman terjadi dalam kondisinya. Saatnya kita bangun dari ketidak
berdayaan kita. Bangkit dari keterpurukan kita. Lampaui batas kemanusiaan kita.
Jangan berlindung di balik alasan “saya kan manusia biasa”. Kejar kekuranganmu,
lampaui batas kemanusiaanmu dan raih hasil yang maksimal.
Sahabat Kristus, saatnya
kita menjadi pengikut Kristus dengan memakai standar yang maksimal. Bukan lagi
standar yang rendah atau minimal. Sebagaimana Zakheus yang berani untuk berlari
dan memanjat di tengah keterbatasan yang dia miliki. Pada akhirnya dia pun
berjumpa dengan Tuhan Yesus. Demikian juga mari lampaui standar kita. Jangan jadikan
umur, ekonomi, kesehatan atau kesibukan bahkan masalah kita menjadi penghalang
untuk mengikut Tuhan.
Demikian juga ketika
standar kehidupan iman yang harus kita kerjakan, jangan pernah
setengah-setengah. Lakukan dengan kesungguhan hati dan penuh dengan tanggung
jawab. Firman Tuhan selalu mengajarkan kita untuk kuat, maju, naik dan terbang untuk
mencapai kemaksimalan dalam pengenalan kita akan Kristus. Pada orang-orang yang
berani melampaui keterbatasan manusiawinya, Tuhan akan menyediakan kebaikan dan
keajaiban yang tak terbatas. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati
(Untuk dukungan doa. Mizpa Ministry. WA: 0895623356501).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar