SAAT TEDUH PAGI HARI
Judul : Memisahkan Diri
Baca : Ezra 10:1-3
Sementara Ezra berdoa dan
mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah Allah,
berhimpunlah kepadanya jemaah orang Israel yang sangat besar jumlahnya,
laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis keras-keras.
Maka berbicaralah
Sekhanya bin Yehiel, dari bani Elam, katanya kepada Ezra: "Kami telah
melakukan perbuatan tidak setia terhadap Allah kita, oleh karena kami telah
memperisteri perempuan asing dari antara penduduk negeri. Namun demikian
sekarang juga masih ada harapan bagi Israel.
Marilah kita sekarang
mengikat perjanjian dengan Allah kita, bahwa kita akan mengusir semua perempuan
itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka, menurut nasihat tuan dan
orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita. Dan biarlah orang
bertindak menurut hukum Taurat.
Sahabat Kristus, bangsa
Israel saat itu dalam kondisi terpuruk dan mengalami banyak kegagalan dalam
kehidupan mereka. Segala yang diupayakan seringkali gagal dan jatuh bangun. Bahkan
mereka hidup dalam pembuangan. Satu kali dipimpin oleh seorang imam bernama
Ezra, bangsa ini melakukan komitmen untuk bertobat bersama.
Perhatikan langkah yang
diambil oleh Ezra, dia berdoa dan mengaku dosa. Bahkan berdoanya sambil
menangis dengan bersujud di depan rumah Allah. Orang yang berdoa, mengaku dosa
sambil bersujud dan menangis biasanya dilakukan oleh orang-orang yang komitmen
penuh. Orang yang tidak mau main-main lagi. Memang ada yang menangis tapi
pura-pura. Namun dalam hal ini tangisan yang dilakukan oleh imam Ezra dan
seluruh bangsa Israel yaitu tangisan kesungguhan hati. Tangisan penyesalan. Tangisan
pertobatan. Pernahkah anda berdoa, mengaku dosa sambil menangis di hadapan
Tuhan.
Tidak cukup dengan berdoa
dan menangis. Ada satu keputusan yang diambil oleh bangsa Israel saat itu. Mereka
menyadari ada tindakan mereka yang disadari sebagai tindakan yang keliru, salah
dan menyimpang dari kebenaran Firman Tuhan. Tindakan tersebut yaitu pernikahan
dengan orang asing atau orang di luar bangsa mereka sendiri. Akibatnya hal ini
menimbulkan murka Tuhan atas bangsa tersebut. Tindakan pertobatan yang mereka
ambil yaitu memisahkan diri. Tidak lagi mau bersekutu dengan orang yang salah. Tidak
lagi mau berkomitmen dengan orang di luar kehendak Tuhan.
Seringkali tanpa kita
sadari, kita ini masih mudah bergaul dengan cara-cara duniawi. Masih mudah
kompromi dengan cara hidup orang-orang di luar kebenaran Firman Tuhan. Masih mudah
bersekutu dengan orang-orang yang membawa pengaruh yang salah dalam kehidupan
kita. Lalu kita pun merasa “tidak apa-apa, toh kita masih tinggal di dunia ini.
Tidak apa-apa, kan nanti bisa minta ampun sama Tuhan. Tidak apa-apa, yang
penting saya masih beribadah pada Tuhan”.
Hati-hati, Tuhan tidak
bisa dipermainkan. Kita memang masih tinggal di dunia ini, tapi kita tidak
seharusnya ikut dalam arus duniawi yang diberikan oleh orang-orang di luar
Kristus. Bukan berarti tidak boleh bergaul, berteman atau bekerja dengan orang
di luar iman kita, tapi batasi dan tegas dalam ambil keputusan. Ada waktunya kita
berani berkata tidak, bila memang berhadapan dengan prinsip di luar kebenaran Firman
Tuhan.
Bagaimana pun pertobatan
sejati membutuhkan komitmen yang tegas dan tidak kompromi. Pertobatan sejati
akan selalu menuntut kita untuk memilih satu, antara Kristus atau dunia ini. Kita
tidak bisa memilih keduanya. Cara hidup kita tidak boleh lagi sama dengan orang
yang belum bertobat. Salah satu poin penting yaitu memisahkan diri bahkan
mengusir semua yang masih melekat dalam jiwa ini. Apakah itu pikiran, perkataan
atau gaya hidup yang salah.
Sahabat Kristus, pertobatan
itu tidak mudah, pertobatan itu butuh komitmen dan pertobatan itu butuh langkah
tegas. Pada orang yang mau komitmen dengan kesungguhan hati, Tuhan akan memulihkan
hidupnya. Saya mau dipulihkan, bagaimana dengan anda. Tetap setia sampai garis
akhir. Tuhan Yesus memberkati. (Untuk dukungan doa. Mizpa Ministry. WA:
0895623356501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar