Selasa, 30 Agustus 2022

Saat Teduh Pagi Hari : Ketika Terasa Hampa

 

SAAT TEDUH PAGI HARI

Judul   : Ketika Terasa Hampa

Baca    : Yesaya 40: 27; 31

Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub,

dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN,

dan hakku tidak diperhatikan Allahku?"

tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru:

mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;

mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

 

Sahabat Kristus, dalam hidup ini kita pasti pernah mengalami masa-masa padang gurun atau kering secara rohani. Saat itu kita merasa betapa Tuhan itu jauh dan susah ditemui. Hati ini rasanya hampa. Batin ini rasanya kosong. Kering dan berdoa seperti ga ada apa-apanya. Sudah dipancing dengan kotbah, rasanya kok tetap hambar. Dibuat mendengar lagu pujian kok malah ngantuk. Dibuat diam kok malah tidak fokus. Semua sikap doa kita jadi serba salah. Mau apa lagi, mau yang bagaimana lagi.

Namun di situlah sebenarnya ujian iman bagi kita. Adakah kita mau tekun untuk mencari Tuhan atau tidak. Mencari Tuhan itu tidak berdasarkan perasaan atau emosional. Kita menghampiri Tuhan dengan iman. Yang namanya iman itu tidak bergantung angin sejuk, situasi nyaman dan perasaan enak atau mood sedang baik. Iman itu akan berkata bahwa “tidak peduli situasi apapun saya percaya Tuhan Yesus itu baik. Tidak peduli terasa atau tidak, saya percaya Tuhan hadir saat saya berdoa. Tidak peduli situasi nyaman atau tidak, saya percaya Tuhan Yesus ada bersama dengan saya hari ini dan selamanya”.

Namun betapa seringkali kita ini ditipu oleh perasaan, diombang-ambingkan oleh mood atau diperdaya oleh emosional kita. Kalau doa ga ngerasakan sesuatu kok ya rasanya Tuhan itu jauh dan cuek dengan kita. Kalau doa ga ada getaran di hati kok ya ga enak. Lalu kita mulai merasa Tuhan mengabaikan kita. Mulai menyerah dan meninggalkan persekutuan dengan Tuhan, karena merasa semua usaha yang dilakukan gagal dan terasa hampa.

Ada sebuah contoh yang baik. Seorang perempuan yang sakit pendarahan dua belas tahun itu, dia mendesak terus. Tidak peduli situasi yang terjadi. Dia sebenarnya punya alasan untuk menyerah ga perlu cari Tuhan Yesus ya tidak apa-apa. Buat apa mencari Tuhan Yesus kan susah ditemui. Halangannya banyak. Orang-orang berdesakan. Murid-murid Yesus menghalangi dan dia sendiri sakit parah yang tak terobati. Untuk berjalan saja dia kesulitan, karena dia sakit pendarahan. Kalau dia balik kanan dan pulang, wajar saja dan bisa dipahami. Lalu kita akan punya prinsip “sudahlah tidak apa-apa… tidak usah memaksakan diri. Mengikut Tuhan itu sebisanya saja”.

Tapi perhatikan, perempuan itu tidak menyerah. Dia terus berjalan menerobos segala ketidakberdayaan. Dia mengabaikan semua situasi yang menghalangi. Dia tidak menghiraukan perkataan orang lain yang berkata "sudahlah...". Dalam hidup ini untuk menjadi Kristen yang normal saja tidak cukup. Kita harus belajar untuk menjadi seorang Kristen yang berada di atas normal. Menjadi seorang Kristen yang di atas rata-rata.

Kita tahu sampai akhirnya perempuan yang sakit pendarahan itu mendapatkan mujizat. Dia disembuhkan dan dipulihkan. Bahkan tanpa Yesus tumpang tangan. Tanpa Tuhan Yesus mendoakan apapun. Dia sembuh oleh karena tekadnya yang kuat dalam mencari Tuhan.

Sahabat Kristus, iman itu tidak bergantung pada perasaan tapi suatu komitmen bahwa kita bersedia mengikut Tuhan Yesus dalam kondisi apapun dan bagaimana pun situasinya. Kalau hari-hari ini kehidupan iman kita maju mundur. Hidup segan, mati tak mau. Mari koreksi diri, bisa jadi ada dosa yang perlu kita bereskan. Kalau ada dosa, tidak ada jawaban lain selain bertobat. Firman Tuhan berkata bahwa yang menjadi pemisah antara kita dengan Tuhan adalah segala dosa dan kesalahan kita. Dosa yang ada di hati, di pikiran dan perkataan kita. Segera kita bereskan. Bisa jadi saat berdoa kita mengalami hampa karena ada dosa yang tidak kita bereskan.

Namun ketika semuanya sudah beres, aman dan hidup kita sudah berkenan di hadapan Tuhan. Ada kalanya kita perlu mengalami masa-masa padang gurun. Saat Tuhan terasa jauh, tidak bisa diajak komunikasi atau ketika berdoa rasanya kok ga nyampe-nyampe. Saya mau berkata “mari jalan dengan iman, bukan dengan perasaan”. Orang yang jalan dengan iman, dia tidak menunggu tanda, tidak menunggu mujizat dan tidak menantikan berkat. Dia akan berjalan dengan komitmen sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Kalau Tuhan berkata bahwa Dia maha hadir atau omni present, maka apapun situasinya kita percaya Dia bersama dengan kita. Tidak peduli bagaimana yang kita rasakan saat ini.

Kiranya hal ini boleh menjadi pembelajaran yang baik bagi kita dalam pengiringan mengikut Kristus. Mari kita berjalan dengan iman bukan dengan perasaan atau tanda-tanda. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati (Untuk dukungan doa. Mizpa Ministry. WA: 0895623356501)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESAKSIAN PELAYANAN

Jumpa Dengan Tuhan Edisi 09 November 2023 "Kuat Di Dalam Tuhan"

  JUMPA DENGAN TUHAN Judul     : Kuat Di Dalam Tuhan Baca     : Efesus 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kek...