SAAT TEDUH PAGI HARI
Judul : Ketika Terasa Hampa
Baca : Yesaya 40: 27; 31
Mengapakah engkau berkata
demikian, hai Yakub,
dan berkata begini, hai
Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN,
dan hakku tidak
diperhatikan Allahku?"
tetapi orang-orang yang
menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru:
mereka seumpama rajawali
yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya;
mereka berlari dan tidak
menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Sahabat Kristus, dalam
hidup ini kita pasti pernah mengalami masa-masa padang gurun atau kering secara
rohani. Saat itu kita merasa betapa Tuhan itu jauh dan susah ditemui. Hati ini
rasanya hampa. Batin ini rasanya kosong. Kering dan berdoa seperti ga ada
apa-apanya. Sudah dipancing dengan kotbah, rasanya kok tetap hambar. Dibuat mendengar
lagu pujian kok malah ngantuk. Dibuat diam kok malah tidak fokus. Semua sikap doa
kita jadi serba salah. Mau apa lagi, mau yang bagaimana lagi.
Namun di situlah sebenarnya
ujian iman bagi kita. Adakah kita mau tekun untuk mencari Tuhan atau tidak.
Mencari Tuhan itu tidak berdasarkan perasaan atau emosional. Kita menghampiri
Tuhan dengan iman. Yang namanya iman itu tidak bergantung angin sejuk, situasi
nyaman dan perasaan enak atau mood sedang baik. Iman itu akan berkata bahwa “tidak
peduli situasi apapun saya percaya Tuhan Yesus itu baik. Tidak peduli terasa atau
tidak, saya percaya Tuhan hadir saat saya berdoa. Tidak peduli situasi nyaman
atau tidak, saya percaya Tuhan Yesus ada bersama dengan saya hari ini dan
selamanya”.
Namun betapa seringkali kita
ini ditipu oleh perasaan, diombang-ambingkan oleh mood atau diperdaya oleh
emosional kita. Kalau doa ga ngerasakan sesuatu kok ya rasanya Tuhan itu jauh
dan cuek dengan kita. Kalau doa ga ada getaran di hati kok ya ga enak. Lalu kita
mulai merasa Tuhan mengabaikan kita. Mulai menyerah dan meninggalkan
persekutuan dengan Tuhan, karena merasa semua usaha yang dilakukan gagal dan
terasa hampa.
Ada sebuah contoh yang
baik. Seorang perempuan yang sakit pendarahan dua belas tahun itu, dia mendesak
terus. Tidak peduli situasi yang terjadi. Dia sebenarnya punya alasan untuk
menyerah ga perlu cari Tuhan Yesus ya tidak apa-apa. Buat apa mencari Tuhan
Yesus kan susah ditemui. Halangannya banyak. Orang-orang berdesakan.
Murid-murid Yesus menghalangi dan dia sendiri sakit parah yang tak terobati. Untuk
berjalan saja dia kesulitan, karena dia sakit pendarahan. Kalau dia balik kanan
dan pulang, wajar saja dan bisa dipahami. Lalu kita akan punya prinsip “sudahlah
tidak apa-apa… tidak usah memaksakan diri. Mengikut Tuhan itu sebisanya saja”.
Tapi perhatikan,
perempuan itu tidak menyerah. Dia terus berjalan menerobos segala
ketidakberdayaan. Dia mengabaikan semua situasi yang menghalangi. Dia tidak
menghiraukan perkataan orang lain yang berkata "sudahlah...". Dalam
hidup ini untuk menjadi Kristen yang normal saja tidak cukup. Kita harus
belajar untuk menjadi seorang Kristen yang berada di atas normal. Menjadi seorang
Kristen yang di atas rata-rata.
Kita tahu sampai akhirnya
perempuan yang sakit pendarahan itu mendapatkan mujizat. Dia disembuhkan dan
dipulihkan. Bahkan tanpa Yesus tumpang tangan. Tanpa Tuhan Yesus mendoakan
apapun. Dia sembuh oleh karena tekadnya yang kuat dalam mencari Tuhan.
Sahabat Kristus, iman itu
tidak bergantung pada perasaan tapi suatu komitmen bahwa kita bersedia mengikut
Tuhan Yesus dalam kondisi apapun dan bagaimana pun situasinya. Kalau hari-hari
ini kehidupan iman kita maju mundur. Hidup segan, mati tak mau. Mari koreksi
diri, bisa jadi ada dosa yang perlu kita bereskan. Kalau ada dosa, tidak ada
jawaban lain selain bertobat. Firman Tuhan berkata bahwa yang menjadi pemisah
antara kita dengan Tuhan adalah segala dosa dan kesalahan kita. Dosa yang ada
di hati, di pikiran dan perkataan kita. Segera kita bereskan. Bisa jadi saat
berdoa kita mengalami hampa karena ada dosa yang tidak kita bereskan.
Namun ketika semuanya
sudah beres, aman dan hidup kita sudah berkenan di hadapan Tuhan. Ada kalanya
kita perlu mengalami masa-masa padang gurun. Saat Tuhan terasa jauh, tidak bisa
diajak komunikasi atau ketika berdoa rasanya kok ga nyampe-nyampe. Saya mau
berkata “mari jalan dengan iman, bukan dengan perasaan”. Orang yang jalan
dengan iman, dia tidak menunggu tanda, tidak menunggu mujizat dan tidak
menantikan berkat. Dia akan berjalan dengan komitmen sesuai dengan kebenaran
Firman Tuhan. Kalau Tuhan berkata bahwa Dia maha hadir atau omni present, maka
apapun situasinya kita percaya Dia bersama dengan kita. Tidak peduli bagaimana
yang kita rasakan saat ini.
Kiranya hal ini boleh
menjadi pembelajaran yang baik bagi kita dalam pengiringan mengikut Kristus. Mari
kita berjalan dengan iman bukan dengan perasaan atau tanda-tanda. Tetap setia
sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati (Untuk dukungan doa. Mizpa Ministry.
WA: 0895623356501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar