Shalom bpk ibu terkasih
dalam Tuhan Yesus, ijin cerita agak panjang tentang pelayanan kami.
Saya share mengenai pelayanan gereja di tempat yang saat ini Tuhan percayakan. Saya sebenarnya baru sekitar 6 bulan terlibat pelayanan di gereja ini. Nama gerejanya GKKI Gideon Generation. Sinodenya yaitu GKKI Gereja Kristen Kudus Indonesia. Sinode yang masih belum populer. Masih banyak pembenahan di sana sini.
Saya bercerita mengenai gereja lokalnya saja. Kalau sinodenya lain lagi problemnya. GKK Gideon Generation bermula dari Persekutuan Doa yang diadakan di rumah-rumah. Pindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Kebanyakan anggotanya yaitu anak-anak dari komunitas perantauan Nias. Perantauan Nias yang tinggal di Surabaya. Anak-anak muda yang kebanyakan mahasiswa Sekolah Tinggi Theologi.
Jadi rupanya anak-anak Nias ini mau pindah ke Pulau Jawa, khususnya Surabaya setelah ada tawaran dari sekolah Alkitab. Tidak hanya satu, tapi bisa 2-3 sekolah Alkitab. Intinya mereka mau pindah karena ada donator yang membiayai untuk belajar di STT.
Nah Kembali ke PD Gideon Generation. Suatu kali dalam ibadah persekutuan doa di salah satu kampung, sekitar tahun 2020. Persekutuan doa ini dilabrak oleh warga setempat. Kalau ingat masa itu kita sedang mengalami PSBB dan sebagainya. Intinya, tidak boleh ada kumpul-kumpul. Anak-anak ini dilarang untuk mengadakan ibadah oleh salah satu ketua RW di kampung. Teman saya, Risky, mencoba mengajukan pembelaan. Pengurus kampung bertanya “ini ibadah macam apa…”. Risky membela “ini persekutuan doa semacam pengajian”.
Ketua RW ini pun tidak terima, beliau berkata “kalau seperti pengajian berarti tidak resmi, tidak ada ijinnya”. Akhirnya Risky ini mengajukan penawaran “Kalau berbentuk gereja apakah boleh”. Pihak kampung menjawab “kalau gereja boleh..”. Sejak itulah mulai dipikirkan supaya persekutuan doa ini beralih bentuk menjadi gereja. Tujuannya supaya pembinaan iman tetap berjalan.
Berbagai pendekatan ke teman-teman yang mengenal sinode gereja mulai dilakukan. Saya tidak perlu menyebutkan sinode mana yang sudah didekati. Namun sayang sekali beberapa sinode seperti mempersulit masuknya gereja baru ke sinode mereka. Ada hambatan dan prosedur sulit yang harus ditempuh di beberapa sinode tertentu.
Sampai akhirnya ada yang mengenalkan pada sinode GKKI. Rupanya sinode GKKI ini terbuka untuk menaungi gereja baru dan tidak mempersulit prosedur. Bahkan terkesan memberikan kebebasan bagi gereja baru untuk dinaungi tanpa banyak persyaratan.
Singkat cerita, setelah mengurus administrasi ke notaris, BAMAG hingga FKUB yang tentu membutuhkan biaya tidak kecil. PD Gideon Generation pun berubah menjadi GKKI Gideon Generation. Prosesnya kurang lebih 3 bulan. Terhitung Maret 2020. Oleh karena itu bulan Maret dianggap hari jadi gereja ini. Risky, teman saya, diangkat menjadi Pdp (Pendeta Pembantu) karena menggembalakan jemaat.
Jemaat kebanyakan anak-anak Nias. Mereka perlu dibina, diperhatikan dan digembalakan. Saya masuk membantu di gereja ini sejak akhir Desember lalu. Masih sekitar 6 bulan, saat itu saya membantu dalam program baptisan. Lama kelamaan saya mulai mengerti apa yang ada di dalam gereja ini. Kendalanya banyak. Yang pertama jemaat masih sedikit, tidak sampai 30 orang. Kalau ibadah yang datang 15-20 orang. Sebagian besar anak-anak muda.
Meskipun mereka sekolah di STT tapi tidak banyak yang mau melayani. Berkotbah saja tidak bisa. Secara keuangan juga minim. Persembahan satu kali ibadah bila dihitung totalnya sekitar 100 ribu. Dari jumlah itu pun seringkali masih harus digunakan subsidi transportasi untuk anak-anak yang rumahnya jauh. Ada yang disewakan ojek mobil online dengan biaya PP sebesar 60 ribu. Tentu memakan habis uang kolekte persembahan.
Tapi begitulah misi gereja ini yang mau melayani anak-anak muda yang bermasalah. Dilayani dengan sebaik mungkin. Bukan hanya anak muda bermasalah. Pernikahan bermasalah, hamil duluan sebelum menikah, pun dilayani. Beberapa kasus terjadi gereja lain menolak pemberkatan nikah karena calon pengantin hamil duluan, gereja kami mau menerima. Pasangan yang bermasalah ini pun dilayani dengan sepenuh hati. Dinikahkan secara resmi oleh gereja. Saya pernah membantu salah satu pasangan anak muda yang terpaksa menikah karena hamil duluan. Yang perempuan dari keluarga muslim.
GKKI ini masih terbilang gereja kecil. Di Jawa Timur saja hanya ada lima gereja lokal. GKKI bukan sinode besar. Lima gereja lokal atau cabang yang lain itu jemaatnya sedikit. Paling cuma 10 orang. Gereja tempat kami, GKKI Gideon Generation yang lebih banyak jemaatnya 15-20 orang. Saya merasa Tuhan menaruh beban di hati saya untuk melayani di sini. Gereja yang masih dalam perintisan. Saya membenahi manajemen, administrasi dan berbagai hal yang perlu dibenahi secara pembinaan rohani.
Kalau dipikir secara manusia, kalau mau cari kenyamanan beribadah. Semua sudah teratur dan tertata dengan rapi, ya jangan beribadah di GKKI. Ada banyak gereja lain yang sudah stabil, nyaman dan punya banyak cabang. Di sini alat musiknya saja hanya gitar akustik untuk mengiringi ibadah.
Belum lagi saya kalau ke gereja menempuh waktu 1,5 jam. Oleh karena jaraknya jauh. Namun di sinilah saat ini Tuhan menempatkan saya untuk melayani saat ini. Di tempat yang penuh dengan keterbatasan. Tidak ada persembahan kasih tentunya.
Saya malah harus
menyediakan dana sendiri untuk berbagai keperluan. Di sinilah tempat untuk kami
belajar melayani. Melayani di tempat yang tidak nyaman dan sepertinya penuh
dengan padang gurun. Namun satu hal kami percaya, mahkota dari Kerajaan Sorga
telah menanti. Mari kita sama-sama mengobarkan hati yang mau melayani, yang
tidak hanya untuk kepentingan sendiri. Melayani siapa pun dan dimana pun Tuhan
percayakan pada kita. Bersediakah anda ….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar