Jumpa
Dengan Tuhan
Judul : Yang Menabur Yang Menuai
Baca : Yohanes 6:8-13
6:8 Seorang dari murid-murid-Nya,
yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:
6:9 "Di sini ada seorang anak,
yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk
orang sebanyak ini?"
6:10 Kata Yesus: "Suruhlah
orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah
orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu,
mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ,
demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia
berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih
supaya tidak ada yang terbuang."
6:13 Maka mereka pun
mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan
dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
Firman Tuhan kali ini saya tuliskan lebih panjang, supaya
kita mengetahui dengan jelas peristiwa yang terjadi. Kalau diperhatikan, hanya
di Injil Yohanes yang mengungkapkan bahwa lima roti dan dua ikan itu berasal
dari seorang anak kecil. Anak kecil ini menyerahkan bekal makan siang yan
dimilikinya pada Andreas, murid Yesus, yang sedang mencari makanan. Anak kecil
ini tidak punya banyak, hanya lima roti dan dua ikan.
Dari lima ribu orang laki-laki yang hadir, belum termasuk
perempuan dan anak-anak, saya menduga dari antara mereka pasti ada yang punya
makanan, tapi bisa jadi mereka merasa “ini untuk saya makan sendiri, kalau
diberikan pada murid-murid Yesus, tidak ada artinya. Jumlahnya sangat sedikit”.
Tapi ada satu anak yang berani menyerahkan makanan yang dia punya. Bisa jadi
saat itu dia berkata “Om, ini saya sumbang makanan saya”. Andreas memang
menerima makanan itu, tapi dia berkata pada Tuhan Yesus “Makanan ini tidak akan
cukup untuk dimakan orang sebanyak ini”.
Kita
tahu kisah selanjutnya, mujizat yang legendaris itu terjadi. 5 roti dan 2 ikan
bisa memberi makan lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perenpuan dan
anak-anak. Pada akhir kisah itu terkumpul dua belas bakul. Siapa yang berhak
membawa pulang 12 bakul itu. Ada orang yang berpendapat bahwa yang membawa
pulang dua belas bakul itu murid-murid Yesus, jadi pas, satu orang satu bakul. Tapi
itu hanya sekedar pendapat yang hanya mencocok-cocokkan saja. Saya yakin
sesungguhnya yang berhak membawa pulang 12 bakul sisa roti itu adalah anak
kecil tersebut bersama orang tuanya. Mengapa demikian, karena dia yang menabur
maka dia yang menuai. Dia yang rela memberkan, maka dia yang menerima. Saya
membayangkan sambil berjalan pulang, roti sisa itu dibagi-bagikan ke
orang-orang yang ada di sekitar mereka. Tapi yang jelas, siapa yang menabur
maka dia yang menuai.
Ada
banyak anak-anak Tuhan berdoa minta diberkati, dipulihkan, disembuhkan atau
dibereskan masalah hidupnya. Tapi bagaimana mungkin kehidupan kita diberkati
kalau tidak pernah memberkati orang lain. Mungkin anda merasa kala buat makan
sehari-hari saja tidak cukup, apalagi untuk menolong orang lain. Tapi jelas
sekali kalau kita tidak memberkati, tentu tidak akan diberkati. Kalau kita
tidak menabur, tentu tidak akan menuai. Seberapa pun air mata kita keluar
berdoa minta diberkati.
Sekian
tahun saat masih menjadi guru, saya hidup hanya mengandalkan uang pembayaran bimbel
anak sekolah. Uang gaji saya harus terpotong keseluruhan untuk membayar
angsuran bank. Akhirnya saya harus ditopang oleh pembayaran bimbel sekolah yang
hanya 4-5 anak. Hal itu berarti jumlah uang yang saya terima paling banyak
500-600 ribu. Kalau dilihat bagaimana cukup. Untuk kehidupan sehari-hari saja
masih terbatas atau pas-pasan. Belum lagi untuk membiayai istri dan anak yang
saat itu tinggal di luar kota.
Dalam
keterbatasan uang itu, Tuhan masih bawa saya untuk membantu pembayaran sekolah
seorang anak. Dia dari keluarga yang tidak mampu. Orang tuanya kerja serabutan.
Penghasilannya tidak menentu. Tidak mampu bayar sekoalh, beli buku dan kegiatan
tahunan. Oleh kasih karunia Tuhan, saya digerakkan untuk membelikan buku
seharga 100 ribu, bulan berikutnya saya angsurkan uang kegiatan tahunan yang
waktu itu totalnya 300 ribu. Saya juga dibawa oleh Tuhan untuk membayarkan
retreat yang biayanya 400 ribu. Saya tidak bermaksud sombong, tapi betapa
dengan keuangan saya yang serba terbatas itu Tuhan mau melayani anak ini.
Namun
perbuatan Tuhan begitu ajaib, di tengah kondisi yang terbatas bahkan cenderung
kurang itu, ada saja pemeliharaan Tuhan yang kami alami. Berkat Tuhan selalu
ada tanpa kami duga. Pada akhirnya, kami masih bisa makan dan bertahan hidup
sampai hari ini.
Ketika
kita menabur, kita menuai. Kalau kita hanya minta dikasihani, minta diberkati
tapi tidak pernah memberikan apapun, maka tidak ada yang kita terima. Kita bisa
menabur berupa uang, sesuatu barang, mendoakan yang sakit, memperhatikan yang
lemah dan kekurangan, memberikan penguatan bagi yang tidak berdaya. Percayalah,
hidup kita pun pasti akan menuai hal yang baik. Saya percaya, kehidupan penuh
dengan keajaiban yang pelayanan kami alami sampai hari ini, salah satunya buah
karena kami menabur bagi orang lain. Sebab Tuhan yang kami sembah, adalah Tuhan
yang tidak pernah berhutang. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus
memberkati (Mizpa Ministry. 0895623356501).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar