Selasa, 04 Mei 2021

Jumpa Dengan Tuhan : Yang Menabur, Yang Menuai


Jumpa Dengan Tuhan

Judul  : Yang Menabur Yang Menuai

Baca    : Yohanes 6:8-13

6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:

6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"

6:10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.

6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.

6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."

6:13 Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.

            Firman Tuhan kali ini saya tuliskan lebih panjang, supaya kita mengetahui dengan jelas peristiwa yang terjadi. Kalau diperhatikan, hanya di Injil Yohanes yang mengungkapkan bahwa lima roti dan dua ikan itu berasal dari seorang anak kecil. Anak kecil ini menyerahkan bekal makan siang yan dimilikinya pada Andreas, murid Yesus, yang sedang mencari makanan. Anak kecil ini tidak punya banyak, hanya lima roti dan dua ikan.

            Dari lima ribu orang laki-laki yang hadir, belum termasuk perempuan dan anak-anak, saya menduga dari antara mereka pasti ada yang punya makanan, tapi bisa jadi mereka merasa “ini untuk saya makan sendiri, kalau diberikan pada murid-murid Yesus, tidak ada artinya. Jumlahnya sangat sedikit”. Tapi ada satu anak yang berani menyerahkan makanan yang dia punya. Bisa jadi saat itu dia berkata “Om, ini saya sumbang makanan saya”. Andreas memang menerima makanan itu, tapi dia berkata pada Tuhan Yesus “Makanan ini tidak akan cukup untuk dimakan orang sebanyak ini”.

Kita tahu kisah selanjutnya, mujizat yang legendaris itu terjadi. 5 roti dan 2 ikan bisa memberi makan lima ribu orang laki-laki, belum termasuk perenpuan dan anak-anak. Pada akhir kisah itu terkumpul dua belas bakul. Siapa yang berhak membawa pulang 12 bakul itu. Ada orang yang berpendapat bahwa yang membawa pulang dua belas bakul itu murid-murid Yesus, jadi pas, satu orang satu bakul. Tapi itu hanya sekedar pendapat yang hanya mencocok-cocokkan saja. Saya yakin sesungguhnya yang berhak membawa pulang 12 bakul sisa roti itu adalah anak kecil tersebut bersama orang tuanya. Mengapa demikian, karena dia yang menabur maka dia yang menuai. Dia yang rela memberkan, maka dia yang menerima. Saya membayangkan sambil berjalan pulang, roti sisa itu dibagi-bagikan ke orang-orang yang ada di sekitar mereka. Tapi yang jelas, siapa yang menabur maka dia yang menuai.

Ada banyak anak-anak Tuhan berdoa minta diberkati, dipulihkan, disembuhkan atau dibereskan masalah hidupnya. Tapi bagaimana mungkin kehidupan kita diberkati kalau tidak pernah memberkati orang lain. Mungkin anda merasa kala buat makan sehari-hari saja tidak cukup, apalagi untuk menolong orang lain. Tapi jelas sekali kalau kita tidak memberkati, tentu tidak akan diberkati. Kalau kita tidak menabur, tentu tidak akan menuai. Seberapa pun air mata kita keluar berdoa minta diberkati.

Sekian tahun saat masih menjadi guru, saya hidup hanya mengandalkan uang pembayaran bimbel anak sekolah. Uang gaji saya harus terpotong keseluruhan untuk membayar angsuran bank. Akhirnya saya harus ditopang oleh pembayaran bimbel sekolah yang hanya 4-5 anak. Hal itu berarti jumlah uang yang saya terima paling banyak 500-600 ribu. Kalau dilihat bagaimana cukup. Untuk kehidupan sehari-hari saja masih terbatas atau pas-pasan. Belum lagi untuk membiayai istri dan anak yang saat itu tinggal di luar kota.

Dalam keterbatasan uang itu, Tuhan masih bawa saya untuk membantu pembayaran sekolah seorang anak. Dia dari keluarga yang tidak mampu. Orang tuanya kerja serabutan. Penghasilannya tidak menentu. Tidak mampu bayar sekoalh, beli buku dan kegiatan tahunan. Oleh kasih karunia Tuhan, saya digerakkan untuk membelikan buku seharga 100 ribu, bulan berikutnya saya angsurkan uang kegiatan tahunan yang waktu itu totalnya 300 ribu. Saya juga dibawa oleh Tuhan untuk membayarkan retreat yang biayanya 400 ribu. Saya tidak bermaksud sombong, tapi betapa dengan keuangan saya yang serba terbatas itu Tuhan mau melayani anak ini.

Namun perbuatan Tuhan begitu ajaib, di tengah kondisi yang terbatas bahkan cenderung kurang itu, ada saja pemeliharaan Tuhan yang kami alami. Berkat Tuhan selalu ada tanpa kami duga. Pada akhirnya, kami masih bisa makan dan bertahan hidup sampai hari ini.

Ketika kita menabur, kita menuai. Kalau kita hanya minta dikasihani, minta diberkati tapi tidak pernah memberikan apapun, maka tidak ada yang kita terima. Kita bisa menabur berupa uang, sesuatu barang, mendoakan yang sakit, memperhatikan yang lemah dan kekurangan, memberikan penguatan bagi yang tidak berdaya. Percayalah, hidup kita pun pasti akan menuai hal yang baik. Saya percaya, kehidupan penuh dengan keajaiban yang pelayanan kami alami sampai hari ini, salah satunya buah karena kami menabur bagi orang lain. Sebab Tuhan yang kami sembah, adalah Tuhan yang tidak pernah berhutang. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati (Mizpa Ministry. 0895623356501).

             

           

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESAKSIAN PELAYANAN

Jumpa Dengan Tuhan Edisi 09 November 2023 "Kuat Di Dalam Tuhan"

  JUMPA DENGAN TUHAN Judul     : Kuat Di Dalam Tuhan Baca     : Efesus 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kek...