Sabtu, 10 April 2021
Judul : Penyembahan
Baca : Kejadian 22:5
|
Kata Abraham kepada
kedua bujangnya itu: "Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku
beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami
kembali kepadamu." |
Kata sembahyang yang dituliskan dalam bacaan ini
diterjemahkan sebagai worship atau penyembahan. Di sini pertama kali kata
penyembahan dituliskan pertama kali dalam Alkitab. Oleh karena itu penyembahan
sebenarnya bukan ketika kita menyanyikan lagu yang berirama lembut, pelan dan
manis seperti yang biasa kita lakukan di gereja. Kalau itu sebenarnya bukan
penyembahan, tapi ya memuji Tuhan atau menyanyi untuk Tuhan.
Penyembahan
selalu menuntut hati yang hancur, yang sakit dan berkeping-keping. Penyembahan pada
Tuhan merupakan sikap hati yang menjadikan Tuhan sebagai yang utama dan
membuang ego kita, melepaskan harga diri kita dan menjauhkan pembenaran pribadi
di hadapan Tuhan. Orang yang menyembah Tuhan tidak mencari keuntungan bagi diri
sendiri tapi sellau mengusahakan supaya hati Tuhan disenangkan. Saat Abraham
membawa Ishak untuk dikorbankan, dia datang tidak dengan senyum yang gembira. Hatinya
sakit, hancur berkeping-keping. Betapa anak yang didapatkan di masa tuanya,
anak yang sudah ditunggu sekian lama harus dipersembahkan sebagai korban
bakaran. Tapi bagaimana pun dia harus rela menyerahkan dan mengembalikan apa
yang menjadi milik Tuhan.
Satu
kali kami membuat gerakan untuk memberi makan anak-anak yang kurang mampu secara
ekonomi. Kami menamakan Gerakan 500. Artinya, setiap siswa boleh menyisihkan
uangnya 500 saja dari uang sakunya. Uang itu kami gunakan untuk membeli makanan
bagi anak panti asuhan yang ada di sekolah kami. Saat itu ada tujuh anak yang
kami dukung makan setiap hari. Saat jam istirahat, kami gunakan uang itu untuk
membeli nasi bungkus seharga tiga ribu rupiah. Memang porsinya kecil dan
sedikit, tapi itu cukup membantu mereka makan saat istirahat pagi, mengingat
mereka tidak pernah dibekali makanan.
Satu
pagi ada seorang anak yang datang pada saya. Dia siswa kelas 6 SD. Anak laki-laki
ini menghampiri saya lalu membuka dompetnya. Dia bilang, “Pak, saya mau ikut
membantu pelayanan memberikan makanan”. Dia mengeluarkan semua uang yang ada di
dompetnya. Saya hitung dengan tangan gemetar dan hati terharu, lembar demi
lembar sejumlah dua puluh lima ribu. Saya tahu sekali dia bukan berasal dari
keluarga yang mampu. Bukan dari latar belakang ekonomi yang mapan. Bayar uang
sekolah saja sering terlambat dan tertunda. Tapi saat itu dia mau memberikan
yang terbaik demi melayani orang lain, dari segala keterbatasan yang dia miliki.
Sikap yang seperti ini sebenarnya yang dinamakan dengan penyembahan.
Penyembahan
terjadi ketika kita melakukan sesuatu yang terbaik dari hidup kita untuk
kemuliaan Tuhan. Saat kita melakukannya akan timbul rasa sakit, hancur hati dan
ketidak berdayaan. Penyembahan sesungguhnya saat kita ada di mimbar gereja lalu
dilihat banyak orang. Penyembahan terjadi saat kita ada di sudut kamar, ketika
kita tersudut sendirian dengan derai air mata lalu berkata “Tuhan, hidupku ini
milikMu. Semua yang ada padaku ini milikMu. Jadilah padaku seperti yang Engkau
mau”. Saat itu bisa jadi kita dalam kondisi difitnah, disalah mengerti,
diabaikan tapi kita tetap bisa berkata “Engkau Tuhan baik bagiku”.
Kalau
pagi ini kita masih bisa bangun, sementara ada banyak orang lain di hari yang
sama dan di jam yang sama, mereka tidak bisa bangun untuk selamanya. Sebenarnya
kita sedang diberikan kesempatan untuk hidup sebagai penyembah Tuhan. Mari kita
belajar untuk menyembah Tuhan dengan benar, melalui sikap hidup kita dan bukan
hanya melalui mulut kita. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus
memberkati (Mizpa Ministry. 0895623356501)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar