JUMPA DENGAN TUHAN
Rabu, 02 September 2020
Tema : Senang
Melihat Orang Lain Senang
Baca : Roma 12:15
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!
Perhatikan bagian Firman Tuhan di atas, sekilas sederhana dan biasa saja. Namun pada kenyataannya susah sekali untuk dilakukan. Tidak semudah dilakukan secara praktikal. Oleh karena itu saya berani menyebut bahwa orang yang berani melakukan hal sesuai dengan bagian Firman Tuhan tersebut, dia adalah benar-benar seorang Kristen. Mengapa demikian, ada yang mencoba melakukan tindakan seperti yang ada dalam kebenaran Firman Tuhan ini tapi masih jatuh bangun dan gagal lagi.
Mengapa menjadi sulit dan hal ini merupakan pembelajaran dasar bagi kehidupan kekristenan kita. Mari perhatikan, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!”. Kalau menangis dengan orang yang menangis, masih mudah untuk dilakukan. Coba saja kalau ada saudara seiman yang sedang berduka cita karena kehilangan salah satu orang yang dikasihinya. Kita akan mudah untuk bersimpati dan ikut berduka hingga bisa menangis bersama dia. Hal ini masih mudah untuk dilakukan. Seakan kita juga ikut kehilangan dan sepenanggungan dengan apa yang dia alami.
Anda tentu pernah mengalaminya atau merasakannya. Kita tidak hanya menangis dengan orang yang berduka cita. Kita juga ikut membantu secara tenaga, waktu dan keuangan untuk saudara kita yang berduka cita. Duka cita yang dimaksud tentu bukan hanya sebatas peristiwa kematian. Saat saudara kita mengalami musibah, kemalangan atau hal buruk lainnya kita akan dengan mudahnya merasakan duka cita.
Namun perhatikan pada kalimat awal dalam ayat tersebut. Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita. Hal ini termasuk penerapan Firman Tuhan yang tidak mudah. Betapa tidak, kita seringkali mudah menilai negatif, berpikiran miring dan beranggapan buruk terhadap orang yang sedang mengalami sukacita. Ketika saudara kita sedang mengalami sukacita, rasanya kok berat sekali untuk mengatakan puji Tuhan atau ikut bersyukur dan merasa bahagia dengan yang dia alami. Bukankah seringkali ada embel-embel kecurigaan yang melekat, saat kita mengetahui orang lain sedang mengalami sukacita.
Misalnya saja ada saudara seiman, tetangga atau keluarga yang mengalami sudakcita dalam bentuk apapun. Bisa jadi karena kenaikan pangkat, gaji naik, diberitakan sebagai hamba Tuhan yang diberkati, pelayanannya dipakai oleh Tuhan secara ajaib dan sebagainya. Kita memang bisa menyatakan sukacita kita, namun seringkali naluri manusiawi kita akan mengikuti dengan kecurigaan dan pandangan yang sinis. Misalnya, benar dia memang pelayanannya sekarang dipakai oleh Tuhan, tapi bisa jadi tidak lama lagi hancur. Benar dia pelayanannya baik dan dikenal banyak orang, tapi percuma kalau sombong. Benar dia saat ini naik jabatan, tapi percuma kalau keluarganya berantakan, dsb.
Saat kita mengetahui saudara kita dalam kondisi baik dan bercuka cita, mengapa kita sulit untuk tersenyum bersamanya dan berkata “Selamat ya, saya bangga akan prestasi yang kamu capai”. Betapa kita susah hanya untuk sekedar mengapresiasi hasil baik sesoerang dan lebih mudah untuk menilai keburukan seseorang. Mari perhatikan, ketika ada tetangga punya rumah yang bagus, kendaraan baru atau posisi yang naik dalam jabatannya kita cenderung diam dan menganggap biasa. Namun kalau tetangga kita sedang dalam kejatuhan, kebangkrutan dan kemalangan. Betapa mudahnya kita menilai bahwa dia sedang dalam kondsi berdosa, menerima karma atau saat jaya lupa dengan tetangga sekarang akibatnya seperti itu.
Perhatikan juga saat orang lain atau saudara kita sedang dalam kondisi yang baik dalam pelayanannya. Bukankah kita seringkali hanya diam, bersikap netral dan menganggap itu urusan dia sendiri. Namun saat saudara kita dalam kondisi yang terjatuh karena perbuatannya yang salah, kita lebih mudah untuk menilai dia dan berkata “pelayanannya ngawur, dia hamba Tuhan yang munafik dan dia sombong sekarang akibatnya seperti itu, rasakan”. Kalau sudah begini ayat Firman Tuhan menjadi terbalik, kita menjadi susah melihat orang lain senang tapi senang melihat orang lain susah.
Saya pribadi oleh kasih karunia Tuhan diijinkan untuk mengalami proses sebagaimana yang dimaksudkan di atas. Oleh karena itu saya belajar untuk tidak gugur saat dipuji dan tidak hancur saat diremehkan. Satu kali beberapa teman mengatakan kalau saya ini mudah sekali menerima tugas menggantikan teman yang berhalangan. Saya memang dalam beberapa kesempatan, seringkali menggantikan tugas mengisi renungan firman dan doa pagi di tempat saya bekerja. Bukan hanya itu, saat teman tiba-tiba tidak hadir dalam acara ibadah, padahal dia bertugas, saya diminta tolong untuk menggantikan secara mendadak. Saya melakukan dengan senang hati dan aman saja. Namun ada satu teman yang kebetulan dia lebih senior pelayanannya dari pada saya, mencoba merespon pendapat tentang saya itu, dia berkata “Iya dia mudah menggantikan, tapi yang disampaikan tidak sesuai. Apa yang dia sampaikan seringkali tidak mengandung kebenaran Firman Tuhan...”. Saya yang mendengar respon dari rekan sepelayanan saya itu sempat terkejut juga, tapi setelah itu saya mulai membiasakan diri. Bagaimana pun juga ada orang yang tidak selalu senang melihat kita dalam keadaan baik, meningkat atau penuh sukacita.
Mari kita belajar untuk merespon segala sesuatunya dengan baik, penuh apresiasi saat orang lain mengalami peningkatan dan memberikan penghargaan pada orang lain yang dalam kondisi penuh sukacita. Kita bisa menyampaikan sukacita dan ucapan syukur kita dengan tulus tanpa adanya kecurigaan atau tendensi apapun. Kita abaikan segala kekurangan dan kelemahan dia, kita ikut merasakan bahwa Tuhan sedang baik bagi dia. Yakin dan percaya, bahwa Tuhan juga mampu melakukan hal yang baik atas kehidupan kita.
Anda ingat saat Daud mengalami dipuji-puji oleh orang Israel setelah dia menewaskan Goliat. Bagaimana respon Saul saat itu, dia merasa terancam bahwa kedudukannya akan diambil oleh Daud. Mengapa tidak lebih mudah untuk mengakui kehebatan Daud. Mengapa tidak dengan kerendahan hati menyampaikan selamat atas keberhasilan Daud. Mengapa harus merasa terancam, tidak nyaman dan menjadi tersinggung karena orang lain yang dipuji. Mengapa kita harus berpikir, seharusnya saya yang dipuji bukan dia. Seharusnya saya yang mendapatkan jabatan dan kedudukan itu bukan dia.
Bagaimana pun juga kehidupan memang tidak adil. Orang akan mudah senang melihat orang lain susah. Sebaliknya bisa jadi orang akan susah melihat orang lain senang. Namun tidak ada salahnya kita belajar untuk hidup sesuai dengan Firman Tuhan ajarkan. Kita ikut bersuka cita saat orang lain mengalami hal yang baik dalam hidupnya. Ketika kita bisa mencapai hal ini, melakukan hal yang sederhana ini maka kita sedang belajar menjadi seorang Kristen yang dewasa. Orang yang dewasa rohani tentu akan dipercaya untuk mengalami sukacita yang lebih besar lagi. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati (Dalam kasihNya, Okky Rahardjo)
• Untuk dukungan doa pribadi :
Kabari kami di Mizpa Ministry WA :
0895623356501
Tidak ada komentar:
Posting Komentar