Tahun ini, 19 Juni lalu usia pernikahan kami tepat sembilan tahun. Memang masih belum terlalu lama, meskipun begitu ada banyak yang
sudah kami lewati. Ada hamba Tuhan yang mengajarkan bahwa usia pernikahan akan
aman kalau berhasil melewati lima tahun pertama dengan baik. Lima tahun pertama
itu kami lewati bukan tanpa halangan, tapi
penuh liku-liku dan jatuh bangun yang tidak mudah.
Saya
bersyukur Tuhan mengaruniakan pada saya seorang istri yang setia dan begitu
mengasihi saya. Tuhan mempertemukan kami secara jarak jauh, hubungan kami pun berlangsung jarak jauh. Waktu saya di Surabaya, dia sedang studi di Bandung. Tapi
rupanya hal itu yang membuat saya dan Endah Krisnawati, istri saya makin
diperkuat melalui berbagai proses yang bagi kami tidak terlalu mudah. Kami menikah pada 19 Juni 2011 di desa tempat tinggal
istri saya. Setelah itu kami tinggal bersama di Surabaya, tempat saya tinggal.
Melalui
perbedaan pendapat yang tidak mudah dimengerti secara singkat, kami pun sempat
terpisah tempat tinggal selama enam
tahun. Pada tahun 2013,
ketika putri kami masih berumur satu tahun, kami memutuskan untuk melakukan
hubungan jarak jauh lagi. Saya tinggal di Surabaya, sementara
istri dan anak di Madiun.
Entah
sudah berapa banyak dana yang harus saya keluarkan karena hubungan jarak jauh
ini. Baik untuk transportasi saya ke sana selama seminggu sekali atau untuk
kebutuhan sehari-hari mereka. Semua kebutuhan keuangan harus disediakan dua
kali lipat. Baik untuk keperluan saya sendiri maupun kebutuhan istri dan anak
di Madiun. Saat tempat saya
mengajar dulu masih masuk di hari Sabtu, saya baru bisa berkunjung ke Madiun
dua minggu sekali atau
satu bulan sekali. Namun ketika
Sabtu sudah menjadi hari libur, seminggu sekali saya usahakan bisa ke sana.
Saya
berangkat hari Jumat siang dan
kembali ke Surabaya hari Minggu.
Saat itu ada banyak masukan yang
saya terima supaya kami kembali tinggal serumah. Baik itu alasan yang bersifat
umum hingga secara rohani, saya mendengar berbagai masukan itu. Tapi tentu
keputusan tidak mudah untuk
sekedar pindah. Tidak saya duga, semua hal yang kami alami ini merupakan proses
yang Tuhan ijinkan bagi kami. Saya dibawa Tuhan untuk memulai pelayanan baru,
demikian juga istri saya Tuhan proses untuk memahami pelayanan yang Tuhan
percayakan pada saya.
Puji Tuhan, oleh kebaikan Tuhan,
istri saya tahun lalu
kembali tinggal serumah dengan saya. Bagi saya, hal ini sebuah keajaiban
tersendiri. Saya selalu berdoa sejak 2013 tapi Tuhan ijinkan tahun lalu terjadi. Salah satu saudara saya
sempat berkata bahwa bukankah lebih baik dari dulu bersatu serumah. Saya hanya
bisa berkata bahwa ini adalah waktunya Tuhan untuk kami. Oleh karena pindah tempat mengajar, istri
saya pun akhirnya pindah ke Surabaya mengikuti saya.
Salah
satu proses lain yang kami hadapi adalah bagaimana Tuhan membawa saya mengalami
perubahan arah hidup. Saya semula adalah ketua penggemar salah satu grup musik
jadul. Nama saya dikenal baik di tingkat lokal maupun nasional. Saya sudah
nyaman dikenal di mana-mana. Tapi satu kali Tuhan panggil saya untuk melayani
Dia. Saya memutuskan berubah arah menjadi seorang yang melayani Tuhan secara
maksimal sejak tahun 2015. Pelayanan yang kami mulai pun sebuah pelayanan yang
tidak umum karena berbasis media sosial.
Sejak
itu saya tidak lagi menjadi orang yang dikenal, saya hanya menjadi seorang yang
mendukung kehidupan rohani banyak orang. Istri saya pun mendukung pelayanan
saya dengan baik. Dia ikut mendoakan pergumulan orang-orang yang masuk dalam
pokok doa kami. Bahkan beberapa
kali istri saya ikut mendampingi saat saya melayani Tuhan. Baik itu ketika saya
menyampaikan Firman Tuhan di persekutuan doa atau saat berkunjung untuk mendoakan
orang-orang di rumah. Istri dan anak saya mulai mengerti dan memahami ‘belantara
pelayanan’ yang sebelumnya tidak dia alami.
Kekurangan
secara keuangan dan kegagalan dalam memenuhi berbagai kebutuhan seringkali kami
alami. Tapi satu hal ketika kami mulai mengandalkan Tuhan, ada saja
pemeliharaan Tuhan yang tidak terduga kami nikmati. Kami bersyukur pernikahan
kami yang masih tergolong muda ini sudah boleh menjadi berkat bagi banyak
orang. Ada beberapa keluarga yang semula akan bercerai lalu menjadi bersatu
lagi saat kami melayani mereka,
baik secara doa maupun konseling. Tuhan Yesus itu terlalu baik untuk
ditinggalkan. Kami mau senantiasa berjalan bersama dalam tuntunan Tuhan.
Ketika kami sudah tinggal bersama, ada banyak hal yang
bisa kami lakukan secara bersama yang menjadi kebiasaan baru bagi kami. Saat malam
kami mulai menyediakan waktu untuk bersekutu dalam doa dan pembacaan Firman
Tuhan. Putri kami yaitu Nara, setiap hari mulai kami ajarkan untuk menghafal
Firman Tuhan supaya dia juga terbiasa untuk hidup mengandalkan Tuhan.
Suatu kali di bulan Juli tahun lalu, kami sekeluarga ini
memiliki angan-angan untuk jalan-jalan ke Jatim Park di daerah Batu (dekat Kota
Malang). Kami membicarakan rencana ke sana, browsing harga tiket, dsb. Sambil dalam
hati saya juga bertanya-tanya berapa uang yang harus disediakan. Kalau naik
kereta api dengan sewa mobil lebih murah dan efektif mana, itu juga
pertimbangan kami. Setiap malam kami membayangkan dan merencanakan untuk bisa
ke Jatim Park, sekedar untuk jalan-jalan. Tanpa pernah kami duga, beberapa hari
kemudian ada seorang ibu yang mengundang kami untuk datang ke Batu supaya
berdoa bagi beliau dan keluarga. Beliau menyediakan tiket perjalanan sekalian
biaya untuk mengunjungi Jatim Park 3. Wah, Tuhan Yesus baik dan caraNya ajaib. Kami
pun segera menyusun rencana perjalanan karena akan diadakan di bulan September.
Saat
kami melibatkan Tuhan dalam pernikahan kami, ada saja satu per satu keajaiban Tuhan yang kami nikmati
dan alami. Kami terhibur dengan adanya Nara yang Tuhan berikan
pada kami. Sukacita Tuhan tidak pernah berhenti dari kehidupan kami sepanjang
hari-hari kami saat melihat putri kami tumbuh menjadi seorang anak yang penuh
prestasi. Tuhan Yesus itu baik. Kalau Dia sanggup mengubah keadaan keluarga
kami, Dia sanggup juga memberikan yang terbaik bagi keluarga anda. Tetap setia
sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati. (Dalam kasihNya, Okky Rahardjo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar