Rabu, 24 Juni 2020

Inspirasi Iman (03) : Wahyu Katon "Sedih, Bila Ada Warga Yang Tidak Menjadi Terang..."

Puji Tuhan, kali ini kita memasuki Inspirasi Iman untuk edisi ketiga. Oleh kemurahan Tuhan, tim blog Mizpa Ministry bisa ada di kota yang dulu terkenal dengan pabrik semen yaitu Gresik. Di sini kami akan menemui seorang hamba Tuhan yang dengan kerelaan hati mau melayani persekutuan doa yang bersifat oikumene yaitu terdiri dari berbagai aliran denominasi gereja. Hamba Tuhan berikut ini yaitu bpk. Wahyu Katon, selanjutnya akan kita panggil dengan sebutan Pak Wahyu.

Pak Wahyu seorang hamba Tuhan yang melayani pembinaan umat Kristen di sebuah perumahan yang terletak di sudut Gresik bagian selatan. Pembinaan tersebut dinamakan Kerukunan Warga Kristen Griya Puncak Anom Sari (KWK GPAS). Perumahan GPAS sendiri merupakan perumahan yang terletak di kecamatan Driyorejo. Setiap satu bulan sekali pada hari Sabtu minggu ketiga, umat Tuhan di perumahan ini mengadakan ibadah bersama. Pak Wahyu yang juga tinggal di perumahan tersebut, dipercaya untuk mengkoordinasi pembinaan warga Kristen. Oleh karena begitu antusiasnya warga Kristen untuk beribadah bersama meskipun berbeda gereja, membuat tim kami tertarik meluncur ke perumahan tersebut untuk sharing bersama Pak Wahyu.

Pada tim kami yang berkunjung, Pak Wahyu bersyukur boleh diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melayani sejak masa muda. Saat usia remaja, Pak Wahyu yang menempuh pendidikan di SMP 15 Surabaya ini sudah aktif melayani Tuhan. Saat kelas 2 SMP beliau mulai melayani sebagai tim musik, lalu menginjak kelas 3 SMP beliau mulai dipercaya untuk mengajar sekolah minggu di gereja. “Zaman itu saya rasakan zaman kegerakan rohani kristen cukup mempengaruhi, saya banyak mengikuti KKR dan memiliki komunitas rohani sejak SMP yang membuat iman saya bertumbuh” ujar Pak Wahyu memulai perbincangan bersama tim kami.

Pada dekade ‘80an hingga ‘90an awal, Kota Surabaya memang mengalami masa kegerakan rohani. Ada banyak kegiatan persekutuan doa yang menyebar di berbagai pelosok kota ini. Bukan hanya Persekutuan Doa, seringkali diadakan Kegiatan Kebangunan Rohani (KKR) yang mengundang banyak orang masih dengan bebas dilakukan. Pak Wahyu pun saat itu juga terlibat hadir di berbagai acara KKR yang sering diadakan di Stadion Gelora 10 November dan gedung Go Skate Surabaya. Sebagai seorang yang dulu pernah terlibat dalam kegerakan rohani di kalangan pelajar, Pak Wahyu melihat adanya perbedaan yang jauh antara gerakan pelajar masa beliau muda dengan saat ini. “Saya rasa beda banget, dulu komunitas saya bukan hanya satu gereja, saya juga punya komunitas dari beberapa gereja. Kami kumpul bareng, ibadah bareng berpindah pindah. Jadi  rasa persaudaraan satu tubuh kristus sangat terasa. Sekarang secara pribadi, menurut saya kegerakan anak-anak muda terkotak-kotak. Sebatas gereja (sinode) saja, ini kurang sehat menurut saya”.

Dalam sharing bersama Pak Wahyu, tim kami mengangkat pembahasan mengenai pelayanan. Bagi meliau saat usia muda dulu terpanggil untuk melayani karena adanya perasaan untuk menyenangkan hati Tuhan. “Kalau sekarang saya masih melayani karena adanya rasa tanggung jawab untuk menjaga iman generasi baru Kristen, supaya mereka memiliki iman yang kuat dan tidak mudah digoncangkan pengajaran iman di luar Kristen. Sebab zaman saat ini lebih jahat dari zaman saya muda dulu” jelas Pak Wahyu sambil menambahkan bahwa sampai saat ini beliau masih melayani di sekolah minggu, tunas remaja dan youth.

Kami menanyakan pada bapak yang mahir bermain gitar ini, mengapa sih beliau sampai mau melayani Tuhan. Sambil tersenyum, beliau menjawab seraya mengenang masa-masa yang pernah dijalani sekian tahun silam. “Satu hal secara pribadi dan saya rasakan sampai saat ini adalah kekuatan rohani yg membuat kita memiliki kekuatan fisik menjalani tantangan kehidupan” Beliau melanjutkan “Saat umur 22 tahun papa saya dipanggil Tuhan, karena kecelakaan kapalnya tenggelam. Kemudian mama menyusul tidak berapa lama setelah papa berpulang. Kami empat bersaudara baru satu yangg menikah, saya bersama dua orang adik hidup di kos-kosan, jadi cukup berat tantangan hidup waktu itu”

Pak Wahyu menyimpulkan, “Tapi jika saya melihat hari ini, semua sudah berubah. Tidak makin turun, tapi makin naik. Saya merasa ini adalah buah hidup dekat dan melayani Tuhan. Sebab beberapa teman yang dulu sepertinya kuat iman, tapi sekarang sudah meninggalkan imannya”. Pak Wahyu saat ini menjadi seorang single parents dalam membesarkan seorang putri semata wayangnya. Istri beliau lebih dulu berpulang lima tahun yang lalu, namun beliau percaya semua ada dalam bagian rencana Tuhan yang indah bagi kehidupan beliau.

Pak Wahyu sudah lima tahun diberikan kepercayaan untuk menggembalakan anak-anak Tuhan di perumahan Griya Puncak Anom Sari Gresik ini. Pada kami beliau menceritakan suka dan dukanya melayani jemaat Tuhan yang sifatnya heterogen dari berbagai aliran gereja itu. Bagi beliau, kesukaannya yaitu ketika sampai hari ini diberi kepercayaan oleh Tuhan dan warga untuk melayani di persekutuan doa KWK ini. Namun sebagaimana lazimnya perjalanan hidup, ada suka demikian pula ada duka. Bagi pak Wahyu duka itu “Jika ada warga KWK yang tidak bisa jadi terang di lingkungan, hal itu yang terkadang seperti kuasa kegelapan itu menuntut atau menyerang saya. Dalam pikiran saya seperti berkata "kamu gagal".

Pak Wahyu yang dalam keseharian bekerja sebagai seorang estimator ini mengatakan bahwa dia memiliki sosok hamba Tuhan yang dikagumi dan menjadi teladan bagi iman beliau. Secara jujur beliau menyebut bahwa gembala sidang dari gereja tempat beliau awal beribadah dulu merupakan inspirasi bagi pertumbuhan beliau. Hamba Tuhan ini bernama Pdt. Yosia Vyba dari Gereja Yesus Terang Dunia yang berlokasi di Tanah Merah, Kenheran Surabaya.

Pdt. Yosia Vyba menurut beliau merupakan salah satu profil seorang hamba Tuhan yang setia melayani Tuhan. Dulunya gereja tersebut mempunya jemaat yang cukup besar dan banyak kegiatan rutin diadakan selain hari Minggu. Namun saat ini gereja tersebut hanya menyisakan sepuluh orang jemaat. Ibadah kaum muda dan sekolah minggu sudah ditiadakan karena tidak ada lagi pesertanya. Pak Wahyu sempat menyayangkan kondisi tersebut, namun beliau memiliki penilaian tersendiri terhadap kesetiaan bapak gembalanya tersebut. “Memang dari sisi menyiapkan regenerasi, beliau kurang, Tapi beliau setia melayani sampai umur 78 tahun, dari jemaat kecil menjadi besar, sekarang kembali kecil tetap melayani walau sudah tidak bisa kemana mana. Saya kadang rasakan dia akan melayani sampai jemaat habis dipanggil Tuhan, baru dia yang terakhir” ujar Pak wahyu sambil tersenyum.

Pak Wahyu sendiri mengikuti ibadah di gereja tersebut sejak masa sekolah minggu hingga dewasa dan akhirnya harus meninggalkan gereja tersebut karena pindah tempat tinggal. Demi membalas bakti pada gereja yang menumbuhkan iman beliau, setiap satu bulan sekali beliau bersedia dijadwal untuk menyampaikan firman Tuhan dalam ibadah minggu. Pada tim blog Mizpa Pak Wahyu sempat pula bercerita mengenai masa kecil beliau. Sebenarnya sejak kecil beliau memang terlahir Kristen, walaupun kedua orang tua beliau baru menjadi pengikut Kristus setelah mereka menikah. Uniknya, meskipun sejak lahir sudah menjadi “orang Kristen”, namun saat menempuh pendidikan SD beliau sering mengikuti pelajaran agama lain. baru saat memasuki jenjang SMP beliau memutuskan untuk dibaptis dan mulai sungguh-singguh mengikut Tuhan Yesus.

Bapak dari Eunike Valencia Wahyuningsih ini memiliki pola khusus dalam menjalankan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Setiap hari beliau menaikkan Doa Bapa Kami sebagai permulaan, lalu melanjutkan dengan doa pribadi beliau yang diakhiri dengan beberapa pembacaan ayat yang menjadi ayat pegangan beliau seumur hidup. Ayat tersebut diambil dari Yohanes 10:10; Amsal 10:22 dan Filipi 4:13. Apa isinya, silakan anda buka sendiri ya...

Saat malam sudah bertambah larut, kami pun hendak mengundurkan diri dari sharing dengan beliau. Namun pada tim blog Mizpa beliau menitipkan beberapa pesan secara khusus. Yang pertama, pesan khusus bagi jemaat Tuhan di KWK GPAS. “Kerinduan saya KWK tetap bisa menjaga kesatuan imam bersama sampai generasi generasi berikutnya walau mereka dari katolik.protestan.pantekosta atau pun karismatik. Sebab dg tetap rukun itu senjata rohani utk menjadi terang di lingkungan dan itu akan membawa dampak KWK akan dihargai dan di hormati walau sebagai kaum minoritas dilingkungan.”

Yang kedua, bagi anak-anak Tuhan secara keseluruhan. “Untuk umat Tuhan kaum kristiani, punyailah komunitas rohani baik segereja maupun dengan lain gereja. Sebab semakin banyak komunitas rohani, maka kuatlah rohani kita”.

Yang terakhir, bagi oran-orang yang sudah melayani Tuhan beliau berpesan. “Untuk pelayan Tuhan punyailah tanggung jawab untuk menjaga dan menguatkan iman yang ada di sekitarmu, karena untuk itulah kita dipanggil”.

Kami mengucapkan terima kasih pada Pak Wahyu yang sudah berkenan menyediakan diri menjadi narasumber, sekaligus kami mengucapkan selamat atas bertambahnya usia beliau yang pada bulan Juni ini menjadi 44 tahun. Tuhan Yesus kiranya memakai Pak Wahyu hari demi hari semakin setia dan mengalami pemeliharaan Tuhan yang tanpa batas.

Demikian yang dapat kami sajikan pada Inspirasi Iman kali ini kiranya boleh menjadi berkat bagi kita semua. Apapun terjadi biarlah kita boleh tetap setia pada panggilan yang Tuhan percayakan pada kita. Tetap setia sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati.

 

 

Pak Wahyu di acara Natal Warga

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESAKSIAN PELAYANAN

Jumpa Dengan Tuhan Edisi 09 November 2023 "Kuat Di Dalam Tuhan"

  JUMPA DENGAN TUHAN Judul     : Kuat Di Dalam Tuhan Baca     : Efesus 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kek...