Puji Tuhan, kali ini kita memasuki Inspirasi Iman untuk edisi ketiga. Oleh kemurahan Tuhan, tim blog Mizpa Ministry bisa ada di kota yang dulu terkenal dengan pabrik semen yaitu Gresik. Di sini kami akan menemui seorang hamba Tuhan yang dengan kerelaan hati mau melayani persekutuan doa yang bersifat oikumene yaitu terdiri dari berbagai aliran denominasi gereja. Hamba Tuhan berikut ini yaitu bpk. Wahyu Katon, selanjutnya akan kita panggil dengan sebutan Pak Wahyu.
Pak Wahyu seorang hamba Tuhan yang melayani pembinaan
umat Kristen di sebuah perumahan yang terletak di sudut Gresik bagian selatan.
Pembinaan tersebut dinamakan Kerukunan Warga Kristen Griya Puncak Anom Sari
(KWK GPAS). Perumahan GPAS sendiri merupakan perumahan yang terletak di
kecamatan Driyorejo. Setiap satu bulan sekali pada hari Sabtu minggu ketiga,
umat Tuhan di perumahan ini mengadakan ibadah bersama. Pak Wahyu yang juga
tinggal di perumahan tersebut, dipercaya untuk mengkoordinasi pembinaan warga
Kristen. Oleh karena begitu antusiasnya warga Kristen untuk beribadah bersama
meskipun berbeda gereja, membuat tim kami tertarik meluncur ke perumahan
tersebut untuk sharing bersama Pak Wahyu.
Pada tim kami yang berkunjung, Pak Wahyu bersyukur boleh
diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melayani sejak masa muda. Saat usia
remaja, Pak Wahyu yang menempuh pendidikan di SMP 15 Surabaya ini sudah aktif
melayani Tuhan. Saat kelas 2 SMP beliau mulai melayani sebagai tim musik, lalu
menginjak kelas 3 SMP beliau mulai dipercaya untuk mengajar sekolah minggu di
gereja. “Zaman itu saya rasakan zaman
kegerakan rohani kristen cukup mempengaruhi, saya banyak mengikuti KKR dan
memiliki komunitas rohani sejak SMP yang membuat iman saya bertumbuh” ujar
Pak Wahyu memulai perbincangan bersama tim kami.
Pada dekade ‘80an hingga ‘90an awal, Kota Surabaya memang
mengalami masa kegerakan rohani. Ada banyak kegiatan persekutuan doa yang
menyebar di berbagai pelosok kota ini. Bukan hanya Persekutuan Doa, seringkali
diadakan Kegiatan Kebangunan Rohani (KKR) yang mengundang banyak orang masih
dengan bebas dilakukan. Pak Wahyu pun saat itu juga terlibat hadir di berbagai
acara KKR yang sering diadakan di Stadion Gelora 10 November dan gedung Go
Skate Surabaya. Sebagai seorang yang dulu pernah terlibat dalam kegerakan
rohani di kalangan pelajar, Pak Wahyu melihat adanya perbedaan yang jauh antara
gerakan pelajar masa beliau muda dengan saat ini. “Saya rasa beda banget, dulu komunitas saya bukan hanya satu gereja,
saya juga punya komunitas dari beberapa gereja. Kami kumpul bareng, ibadah
bareng berpindah pindah. Jadi rasa
persaudaraan satu tubuh kristus sangat terasa. Sekarang secara pribadi, menurut
saya kegerakan anak-anak muda terkotak-kotak. Sebatas gereja (sinode) saja, ini
kurang sehat menurut saya”.
Dalam sharing bersama Pak Wahyu, tim kami mengangkat
pembahasan mengenai pelayanan. Bagi meliau saat usia muda dulu terpanggil untuk
melayani karena adanya perasaan untuk menyenangkan hati Tuhan. “Kalau sekarang saya masih melayani karena
adanya rasa tanggung jawab untuk menjaga iman generasi baru Kristen, supaya
mereka memiliki iman yang kuat dan tidak mudah digoncangkan pengajaran iman di
luar Kristen. Sebab zaman saat ini lebih jahat dari zaman saya muda dulu”
jelas Pak Wahyu sambil menambahkan bahwa sampai saat ini beliau masih melayani
di sekolah minggu, tunas remaja dan youth.
Kami menanyakan pada bapak yang mahir bermain gitar ini,
mengapa sih beliau sampai mau melayani Tuhan. Sambil tersenyum, beliau menjawab
seraya mengenang masa-masa yang pernah dijalani sekian tahun silam. “Satu hal secara pribadi dan saya rasakan
sampai saat ini adalah kekuatan rohani yg membuat kita memiliki kekuatan fisik
menjalani tantangan kehidupan” Beliau melanjutkan “Saat umur 22 tahun papa saya dipanggil Tuhan, karena kecelakaan
kapalnya tenggelam. Kemudian mama menyusul tidak berapa lama setelah papa
berpulang. Kami empat bersaudara baru satu yangg menikah, saya bersama dua
orang adik hidup di kos-kosan, jadi cukup berat tantangan hidup waktu itu”
Pak Wahyu menyimpulkan, “Tapi jika saya melihat hari ini, semua sudah berubah. Tidak makin
turun, tapi makin naik. Saya merasa ini adalah buah hidup dekat dan melayani
Tuhan. Sebab beberapa teman yang dulu sepertinya kuat iman, tapi sekarang sudah
meninggalkan imannya”. Pak Wahyu saat ini menjadi seorang single parents
dalam membesarkan seorang putri semata wayangnya. Istri beliau lebih dulu
berpulang lima tahun yang lalu, namun beliau percaya semua ada dalam bagian rencana
Tuhan yang indah bagi kehidupan beliau.
Pak Wahyu sudah lima tahun diberikan kepercayaan untuk
menggembalakan anak-anak Tuhan di perumahan Griya Puncak Anom Sari Gresik ini. Pada
kami beliau menceritakan suka dan dukanya melayani jemaat Tuhan yang sifatnya
heterogen dari berbagai aliran gereja itu. Bagi beliau, kesukaannya yaitu
ketika sampai hari ini diberi kepercayaan oleh Tuhan dan warga untuk melayani
di persekutuan doa KWK ini. Namun sebagaimana lazimnya perjalanan hidup, ada
suka demikian pula ada duka. Bagi pak Wahyu duka itu “Jika ada warga KWK yang tidak bisa jadi terang di lingkungan, hal itu
yang terkadang seperti kuasa kegelapan itu menuntut atau menyerang saya. Dalam pikiran
saya seperti berkata "kamu gagal".
Pak Wahyu yang dalam keseharian bekerja sebagai seorang
estimator ini mengatakan bahwa dia memiliki sosok hamba Tuhan yang dikagumi dan
menjadi teladan bagi iman beliau. Secara jujur beliau menyebut bahwa gembala
sidang dari gereja tempat beliau awal beribadah dulu merupakan inspirasi bagi
pertumbuhan beliau. Hamba Tuhan ini bernama Pdt. Yosia Vyba dari Gereja Yesus
Terang Dunia yang berlokasi di Tanah Merah, Kenheran Surabaya.
Pdt. Yosia Vyba menurut beliau merupakan salah satu
profil seorang hamba Tuhan yang setia melayani Tuhan. Dulunya gereja tersebut
mempunya jemaat yang cukup besar dan banyak kegiatan rutin diadakan selain hari
Minggu. Namun saat ini gereja tersebut hanya menyisakan sepuluh orang jemaat. Ibadah
kaum muda dan sekolah minggu sudah ditiadakan karena tidak ada lagi pesertanya.
Pak Wahyu sempat menyayangkan kondisi tersebut, namun beliau memiliki penilaian
tersendiri terhadap kesetiaan bapak gembalanya tersebut. “Memang dari sisi menyiapkan regenerasi, beliau kurang, Tapi beliau setia
melayani sampai umur 78 tahun, dari jemaat kecil menjadi besar, sekarang kembali
kecil tetap melayani walau sudah tidak bisa kemana mana. Saya kadang rasakan
dia akan melayani sampai jemaat habis dipanggil Tuhan, baru dia yang terakhir” ujar
Pak wahyu sambil tersenyum.
Pak Wahyu sendiri mengikuti ibadah di gereja tersebut
sejak masa sekolah minggu hingga dewasa dan akhirnya harus meninggalkan gereja
tersebut karena pindah tempat tinggal. Demi membalas bakti pada gereja yang
menumbuhkan iman beliau, setiap satu bulan sekali beliau bersedia dijadwal
untuk menyampaikan firman Tuhan dalam ibadah minggu. Pada tim blog Mizpa Pak
Wahyu sempat pula bercerita mengenai masa kecil beliau. Sebenarnya sejak kecil
beliau memang terlahir Kristen, walaupun kedua orang tua beliau baru menjadi
pengikut Kristus setelah mereka menikah. Uniknya, meskipun sejak lahir sudah
menjadi “orang Kristen”, namun saat menempuh pendidikan SD beliau sering
mengikuti pelajaran agama lain. baru saat memasuki jenjang SMP beliau
memutuskan untuk dibaptis dan mulai sungguh-singguh mengikut Tuhan Yesus.
Bapak dari Eunike Valencia Wahyuningsih ini memiliki pola
khusus dalam menjalankan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Setiap hari beliau
menaikkan Doa Bapa Kami sebagai permulaan, lalu melanjutkan dengan doa pribadi
beliau yang diakhiri dengan beberapa pembacaan ayat yang menjadi ayat pegangan
beliau seumur hidup. Ayat tersebut diambil dari Yohanes 10:10; Amsal 10:22 dan
Filipi 4:13. Apa isinya, silakan anda buka sendiri ya...
Saat malam sudah bertambah larut, kami pun hendak
mengundurkan diri dari sharing dengan beliau. Namun pada tim blog Mizpa beliau
menitipkan beberapa pesan secara khusus. Yang pertama, pesan khusus bagi jemaat
Tuhan di KWK GPAS. “Kerinduan saya KWK
tetap bisa menjaga kesatuan imam bersama sampai generasi generasi berikutnya
walau mereka dari katolik.protestan.pantekosta atau pun karismatik. Sebab dg
tetap rukun itu senjata rohani utk menjadi terang di lingkungan dan itu akan
membawa dampak KWK akan dihargai dan di hormati walau sebagai kaum minoritas
dilingkungan.”
Yang kedua, bagi anak-anak Tuhan secara keseluruhan. “Untuk umat Tuhan kaum kristiani, punyailah
komunitas rohani baik segereja maupun dengan lain gereja. Sebab semakin banyak
komunitas rohani, maka kuatlah rohani kita”.
Yang terakhir, bagi oran-orang yang sudah melayani Tuhan
beliau berpesan. “Untuk pelayan Tuhan
punyailah tanggung jawab untuk menjaga dan menguatkan iman yang ada di
sekitarmu, karena untuk itulah kita dipanggil”.
Kami mengucapkan terima kasih pada Pak Wahyu yang sudah
berkenan menyediakan diri menjadi narasumber, sekaligus kami mengucapkan
selamat atas bertambahnya usia beliau yang pada bulan Juni ini menjadi 44
tahun. Tuhan Yesus kiranya memakai Pak Wahyu hari demi hari semakin setia dan
mengalami pemeliharaan Tuhan yang tanpa batas.
Demikian yang dapat kami sajikan pada Inspirasi Iman kali
ini kiranya boleh menjadi berkat bagi kita semua. Apapun terjadi biarlah kita
boleh tetap setia pada panggilan yang Tuhan percayakan pada kita. Tetap setia
sampai garis akhir. Tuhan Yesus memberkati.
Pak Wahyu di acara Natal Warga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar