Senin, 10 Oktober 2022

Berbagi Cerita, Saya Kena Covid 19 Kedua Kalinya (Seri 02) : Semua Serba Dilema

 

Berbagi Cerita, Saya Kena Covid 19 Kedua Kalinya (Seri 02)        : 


Semua Serba Dilema … 

Kami istirahat sepanjang siang sampai sore. Sempat memesan makanan secara online. Namun selera makan seperti hilang dan tidak lagi ada nafsu untuk menikmatinya. Sore itu istri saya coba pesan obat secara online pula. Ada obat antibiotic dan ada juga paracetamol. Nara diminta minum obat tersebut untuk meredakan penyakitnya. Saya pun ambil obat-obatan di toko untuk menolong kondisi saya. Saya mengambil obat penurun panas dan pereda flu. Sempat minum obat herbal cair pereda masuk angin dan sakit tenggorokan. Apapun saya lakukan untuk meredakan sakit ini.

            Entah apa sebabnya kok tiba-tiba drop seperti ini. Padahal hari Minggu malam saya masih melayani di gereja. Saya masih menyampaikan kotbah sesuai jadwal yang diberikan oleh gereja. Keesokan harinya juga masih tetap sehat dan aman untuk beraktivitas di sekolah. Namun ibarat binatang melata, penyakit ini pun mulai merayap. Pelan tapi pasti. Apalagi harus diakui cuaca di Surabaya sedang tidak bagus. Perubahan cuaca yang tiba-tiba panas sekali, membuat orang mudah haus. Tenggorokan kering. Orang pun berlomba mencari pelega tenggorokan apapun itu.

            Namun di tengah cuaca yang panas dan menyengat, tiba-tiba saja matahari bersembunyi sebelum waktunya. Cuaca menjadi mendung, padahal tidak ada tanda hujan. Hal inilah yang menyebabkan orang mudah untuk mengalami gangguan kesehatan. Kata orang-orang masa-masa ini disebut pancaroba. Namun pancarobanya terasa ekstrim sekali. Tidak heran perubahan musim ini diikuti pula dengan munculnya musim orang sakit. Satu per satu kabar berseliweran teman-teman yang sakit karena perubahan cuaca ini. Sebagian besar ya mengalami demam, flu, radang dan sakit kepala.

            Saya yang berusaha mencegah datangnya sakit pun akhirnya tumbang juga. Rabu malam itu kondisi saya makin tidak menentu. Tenggorokan makin terasa sakit. Badan terasa demam. Batuk-batuk mulai tak berhenti. Istri dan anak pun mengalami keluhan yang hampir serupa. Mau bagaimana lagi, besok tentu tidak memungkinkan untuk masuk. Kami mencoba bertahan untuk istirahat malam sambal melihat kondisi keesokan harinya.

Paginya, kondisi Kesehatan kami belum membaik. Saya sudah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah untuk boleh tidak masuk mengajar hari Kamis. Tapi istri dan anak belum mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah mereka. Kamis pagi itu pun istri ijin untuk tidak mengajar sekaligus minta diperbolehkan supaya Nara tidak mengikuti pelajaran hari itu. Saya merasa kami butuh waktu untuk istirahat. Sekalipun belum tahu sampai kapan. Pokoknya istirahat dulu.

            Saya tidak mencurigai apapun dari kondisi yang kami alami selain karena perubahan cuaca yang terasa ekstrim. Kami berusaha mengobati semampu kami. Sesuai obat yang ada. Sesekali minum larutan penyegar untuk meredakan sakit di tenggorokan. Namun sekian waktu kami obati, makin belum reda sakit yang kami alami. Mungkin masih proses, itu yang saya pikirkan. Saya tidak berpikiran yang berlebihan selain karena perubahan cuaca yang membuat kami drop. Toh, banyak juga yang mengalami kondisi yang serupa.

            Sekitar jam 10.00 siang, Kepala Sekolah SD yaitu Bu Veny menghubungi istri. Beliau menyarankan supaya kami melakukan tes PCR atau swab. Beliau menyarankan hal tersebut untuk mengantisipasi segala sesuatunya. Apalagi ada salah seorang muridnya istri yang beberapa hari sebelumnya dinyatakan positif terpapar Covid 19. Murid ini sejak hari Senin tidak masuk sekolah. Kepala sekolah menyarankan pada istri untuk tes swab oleh karena dia adalah guru kelas dari murid itu. Bisa juga disebut sebagai pihak yang kontak erat secara langsung dengan orang yang terpapar Covid.

            Bu Veny menyarankan untuk kami tes swab di Puskesmas Dukuh Kupang. Jauh sekali lokasinya dengan tempat tinggal kami. Bukan tanpa alasan lokasi itu dipilih, Puskesmas Dukuh Kupang merupakan Puskesmas yang menaungi fasilitas kesehatan sekolah kami. Saya pun coba menawar pada istri untuk swab di lokasi yang tidak jauh dari rumah saja. Saya tidak tahu dimana dan berapa biayanya. Kami coba browsing dan menghubungi fasilitas medis terdekat.

            RS Eka Husada yang berada satu kecamatan dengan tempat tinggal kami, ketika kami hubungi tidak ada pihak yang respon. Kami coba hubungi RS Surya Medika tempat saya dua tahun lalu dirawat karena Covid, juga tidak bisa melayani swab. Hari itu pelayanan tes swab masih libur katanya. Kami coba hubungi Puskesmas Menganti dan Kepatihan pun sama-sama tidak mau melayani. Alasan mereka, hanya mau melayani tes swab pada yang kontak erat dengan pasien Covid saja.

            Saya sebetulnya malas untuk tes swab. Selain karena harus ke Puskesmas Dukuh Kupang yang jaraknya jauh. Sekedar diketahui, rumah tinggal kami di Menganti, Gresik. Di sisi lain, saya ini termasuk yang berusaha menghindari tes swab. Saya merasa tidak senang merasakan ada sesuatu yang dimasukkan ke hidung. Saya tidak terbiasa dan sebisanya coba hindari. Saya memang takut swab. Pertama kali dan terakhir swab, justru saat saya ada dalam perawatan di ruang isolasi Covid. Dua tahun lalu. Sudah lama sekali.

            Saya berusaha menepis bahwa yang kami alami ini hanya karena perubahan cuaca. Tidak perlu tes swab. Namun karena istri diminta dengan keras dan serius oleh Kepala Sekolah, maka mau tidak mau harus melaksanakan. Kalau istri yang diminta, tentu harus satu paket dengan suami dan anak. Bukankah kami juga ada dalam lingkungan kerja dan tinggal di tempat yang sama pula. Mau tidak mau. Suka atau tidak suka. Setuju atau tidak setuju. Saya pun membulatkan hati untuk sepakat tes swab. Tidak boleh tes antigen, harus PCR. Mau bagaimana lagi. Saya harus menjalani situasi yang tidak bisa saya hindari.

           

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KESAKSIAN PELAYANAN

Jumpa Dengan Tuhan Edisi 09 November 2023 "Kuat Di Dalam Tuhan"

  JUMPA DENGAN TUHAN Judul     : Kuat Di Dalam Tuhan Baca     : Efesus 6:10 Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kek...